Harga Minyak Bertahan di Atas USD 80, Bagaimana Dampaknya ke Pemulihan Ekonomi?

Rabu, 13 Oktober 2021 07:34 WIB

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Chen Aizhu

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka jenis Brent pada perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB sedikit melemah 23 sen menjadi US$ 83,42 per barel setelah diperdagangkan dari posisi tertinggi US$ 84,23 sebelumnya. Sebelumnya, pada Senin lalu, harga minyak acuan global itu mencapai US$ 84,6, tertinggi sejak Oktober 2018.

Adapun harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik 12 sen ke level US$ 80,64 per barel setelah bergerak di kisaran US$ 81,62 dan US$ 79,47. Sehari sebelumnya, WTI menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014 di US$ 82,18.

Kendati berakhir dengan sedikit beragam setelah sebelumnya bergejolak, harga minyak mentah berada di tingkat yang lebih tinggi di atas US$ 80-an per barel. Sebelumnya reli yang telah membawa harga emas hitam ke level tertinggi multitahun telah meningkatkan kekhawatiran bahwa biaya energi yang lebih tinggi dapat menggagalkan pemulihan ekonomi global.

Merespons hal itu, pihak berwenang dari Beijing hingga Delhi bergegas mengisi kesenjangan pasokan listrik pada hari Selasa kemarin. Kesenjangan pasokan listrik ini yang kemudian mengguncang pasar saham dan obligasi global di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan biaya energi akan memicu inflasi.

Dalam beberapa pekan terakhir harga listrik terpantau melonjak ke rekor tertinggi. Hal ini dipicu oleh kekurangan di Asia dan Eropa, dengan krisis energi di Cina diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia dan eksportir utama itu diperkirakan bakal terimbas.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Sementara di London dan Inggris tenggara, sepersepuluh stasiun bahan bakar minyak (SPBU) tetap kering karena pembelian panik bahan bakar pada bulan lalu, kata Asosiasi Pengecer Bahan Bakar Minyak.

Analis di Price Futures Group di Chicago, Phil Flynn, menyebutkan bahwa banyak orang mulai menyadari bahwa risiko harga energi yang lebih tinggi dapat menggagalkan pertumbuhan. "Apakah permintaan energi itu baik atau buruk?" katanya.

Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan gangguan rantai pasokan yang terus-menerus dan tekanan inflasi bisa menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi. Hal itu disampaikan saat lembaga itu memangkas prospek pertumbuhan untuk Amerika Serikat dan kekuatan industri lainnya.

Dalam World Economic Outlook, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global 2021 menjadi 5,9 persen dari perkiraan 6 persen yang dibuat pada bulan Juli. IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 2022 tidak berubah di 4,9 persen.

Bahkan, saat permintaan meningkat, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+, tetap berencana memulihkan produksi secara bertahap daripada secara cepat. Harga minyak Brent telah melonjak lebih dari 60 persen tahun ini.

ANTARA

Baca: Ditetapkan sebagai Tersangka, CEO Jouska Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

3 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

3 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

6 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

10 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

10 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

10 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

10 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya

Tony Blair Temui Jokowi, Bahas Rencana Investasi Energi di IKN

11 hari lalu

Tony Blair Temui Jokowi, Bahas Rencana Investasi Energi di IKN

Jokowi dan Tony Blair mengadakan pertemuan di Istana Kepresidenan hari ini.

Baca Selengkapnya