Harga Telur Ayam Jeblok, Peternak Cerita Kelimpungan karena Harga Pakan Melonjak
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 10 September 2021 05:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berbeda dengan konsumen, anjloknya harga telur ayam ras belakangan ini malah memukul kalangan peternak. Pasalnya, turunnya harga telur berbarengan dengan naiknya harga pakan ayam.
Salah satu keluhan datang dari Boyolali, Jawa Tengah. Para peternak mengaku telah rugi selama harga telur ayam ras turun. Tak tanggung-tanggung, harga telur saat ini sudah di bawah harga pokok produksi (HPP).
Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati) Jawa Tengah mencatat harga telur ayam ras di pasaran di Kabupaten Boyolali mengalami fluktuasi. Harga telur sempat mencapai level tertinggi sebesar Rp 25.500 per kilogram pada 14-16 April 2021.
Namun pada 30 April 2021, harga telur jeblok ke Rp 19.000 per kilogram. Berikutnya, pada 7 Juni 2021, harga telur di Boyolali sempat naik lagi mencapai Rp 24.000 per kilogram dan pada awal Juli 2021 harga telur kembali turun ke Rp 22.000 per kilogram.
Pada 9 Agustus 2021 naik lagi ke harga Rp 24.000 per kilogram namun di awal September turun di harga Rp 20.000 per kilogram. Selang sebulan kemudian, pada 7 September 2021 harga telur berada di Rp 21.000 per kilogram.
Menurut warga, terakhir harga telur mengalami penurunan sepekan lalu. “Sekarang Rp 19.000 per kilogram sudah sejak sepekan lalu. Kalau sebelumnya sempat di harga Rp 22.000 per kilogram,” kata warga Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Waryani, Rabu, 8 September 2021.
<!--more-->
Salah satu peternak ayam petelur di Teras, Kabupaten Boyolali, Krishandrika Immanuel Raharjo, menjelaskan harga pakan ayam saat ini sekitar Rp 7.000 per kilogram. “Naik dari harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp 4.000 sekian. Sedangkan harga telur terendah saat ini mencapai Rp 14.000 per kilogram.
"Dengan harga sekarang, posisi hari ini (Selasa lalu) Rp 15.000 per kilogram (harga telur di tingkat peternak), kami per kilogram sudah minus. Sangat tidak menutup biaya operasional,” kata Kris.
Padahal, menurut dia, perbandingan ideal harga pakan dan harga telur adalah 1:3. Kalau harga pakan Rp 7.000 per kilogram, maka harga telur idealnya Rp 21.000 per kilogram.
Ketimpangan antara HPP dan harga telur tersebut sudah terjadi sejak pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM. “Ini terjadi sejak PPKM berlangsung. Semakin (PPKM) disambung, kami semakin berat sebab untuk menyikapinya kurang terstruktur. Sebab diperpanjang-diperpanjang, periodesasinya (PPKM) sampai kapan kami kan tidak tahu,” kata dia.
Dia berharap pemerintah bisa membantu para peternak agar dapat menjalankan usaha dengan lancar. “Tidak tahu bagaimana caranya, yang penting bahan baku pakan kami turun harga, sehingga minimal kalau terjadi penurunan harga telur, kami masih bisa mengikuti,” kata dia.
Saat ini komponen utama pakan adalah jagung sekitar 50 persen-60 persen. Seiring dengan turunnya harga telur, harga pakan yakni jagung naik dari angka sekitar Rp 4.000 menjadi sekitar Rp 7.000. Di sisi lain, komponen pakan memiliki peran 70 persen dalam penghitungan HPP.
BISNIS
Baca: Nyoman Adhi Terpilih jadi Calon Anggota BPK Usai Menang dalam Voting Tertutup