Upaya RI Impor 3 Obat Covid-19: Actemra Swiss sampai Gammaraas Cina
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 18 Juli 2021 11:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah terus mencari tambahan impor obat terapi Covid-19 di berbagai negara untuk mengamankan stok di dalam negeri. Ketiga obat Covid-19 itu adalah Actemra, Gammaraas, hingga Remdesivir.
"Kami menyadari bahwa ada obat-obat impor yang memang secara global pasokannya sangat ketat," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 17 Juli 2021.
Untuk Actemra, pemerintah sudah berkomunikasi langsung dengan produsen di Swiss, yaitu perusahaan Roche. Kemenkes menyebut obat Actemra ini jadi salah satu obat terapi Covid-19 yang cukup sulit didapatkan.
Sedangkan untuk obat Gammaraas, pemerintah sudah mendapatkan impor dari Cina sebanyak 30 ribu vial. Namun, kata dia, masih butuh stok lebih banyak lagi untuk mencukupi kebutuhan di tanah air.
Sementara untuk Remdesivir, pemerintah akan diimpor dari India, Pakistan, dan Cina. Sebelumnya telah dilakukan negosiasi bersama dengan Kementerian Luar Negeri agar India bisa membuka kembali ekspornya.
Saat ini, kata Dante, sekitar 50 ribu vial Remdesivir sudah mulai masuk ke Indonesia. Nanti, akan bertambah lagi menjadi 50 ribu vial lagi per minggu. "Kami juga sudah membuka akses ke Cina supaya obat-obat yang mirip dengan remdesivir bisa masuk ke Indonesia,” kata Dante.
Selain impor, Kementerian Kesehatan juga sudah dilakukan pertemuan dengan Gabungan Perusahaan Farmasi supaya distribusi obat menjadi semakin lebih merata di seluruh tanah air. Ini untuk obat-obat yang stok nya dikategorikan masih cukup dan kelihatan masih jarang untuk masyarakat.
<!--more-->
Sebelumnya, kebijakan impor obat terapi Covid-19 ini juga disampaikan oleh Wakil ketua Komite Penanganan Covid-19 Luhut Binsar Pandjaitan. Obat-obatan ini diimpor demi menghadapi skenario terburuk, yaitu 60 ribu kasus aktif per hari.
"Kalau 60 ribu atau lebih sedikit, kami masih cukup oke. Kami tidak berharap sampai 100 ribu, tapi itu pun kami sudah rancang sekarang kalau sampai terjadi," kata Luhut dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 15 Juli 2021.
Dari catatan Luhut, ada empat obat yang defisit sampai akhir Juli 2021. Keempatnya yaitu Favipiravir, Remdisivir, Tocilizumab, dan Intravenous immune globilon (IVIG). "Kami carter pesawat untuk bawa obat (ke Indonesia)," kata Luhut.
Untuk Tocilizumab dan IVIG, pemerintah mendorong produsen global seperti Actemra-Roche dan yang lain untuk memprioritaskan suplai produk mereka ke Indonesia. Selain itu, ada juga alternatif suplai dari produsen lain di Cina melalui jalur Special Access Scheme (SAS) dan donasi.
Sementara untuk Remdesivir, pemerintah mengimpor dari India, Bangladesh, Mesir, dan Cina. Para produsen juga diharapkan menambah kuota impor mereka untuk Indonesia.
Terakhir untuk kebutuhan Favipiravir, kata Luhut, pemerintah mempercepat dan menambah produksi dalam negeri. Selain itu, pemerintah juga mendorong distribusi obat secara merata antar daerah untuk mencegah kekosongan.
Baca: Luhut Minta Maaf Bila Penanganan PPKM Darurat Belum Optimal