Sri Mulyani Sebut Kepemilikan Asing di SBN RI Turun Jadi 22,87 Persen
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 12 Juli 2021 14:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepemilikan residen luar negeri alias asing dalam Surat Berharga Negara pada 2021 turun ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
"Residen luar negeri yang pegang SBN kita sebesar 38,5 persen (pada 2019), turun menjadi 22 persen (di 2021). Rekomposisi SBN kita menggambarkan bagaimana SBN menjadi instrumen penting, baik untuk sektor perbankan atau bagaimana BI membantu pemerintah dalam tangani Covid-19 luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Senin, 12 Juli 2021.
Berdasarkan paparan yang dibacakan Sri Mulyani dalam rapat tersebut, persentase kepemilikan SBN per industri per 30 Juni 2021, antara lain 25,28 persen perbankan; 23,05 persen Bank Indonesia; 22,87 persen non residen atau asing; 14,25 persen asuransi dan dana pensiun; serta lain-lain 14,6 persen.
Sri Mulyani mengatakan pembelian SBN oleh Bank Indonesia pada semester I 2021 mencapai Rp 120 triliun. Rinciannya, Surat Utang Negara Rp 79,66 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara Rp 40,49 triliun.
"Peran BI sangat penting saat kita menghadapi volatilitas sektor keuangan. BI sebagai backstop standby buyer SBN kita," ujar dia.
Pada Semester I 2021, pemerintah menerbitkan SBN dan SBSN sebesar Rp 443 triliun. Ia mengatakan pembiayaan anggaran pemerintah meningkat lantaran ekonomi mengalami tekanan dan APBN menjadi instrumen counter cyclical.
<!--more-->
"Namun demikian, dengan menerbitkan SBN, pemerintah membantu berbagai sektor lain, terutama sektor keuangan. SBN kita dimiliki bank 25,28 persen saat bank tidak bisa salurkan kredit, ekonomi mengalami dampak sangat buruk akibat Covid-19, permintaan kredit menurun, dan Dana Pihak Ketiga melonjak, namun bank harus menempatkan dananya" ujar Sri Mulyani.
Dengan membeli SBN, ia mengatakan sektor perbankan bisa bertahan. Sebab, kalau tidak, maka bank akan menanggung DPK yang harus diberikan bunga, namun tidak bisa menyalurkan kredit karena permintaannya merosot seiring dengan ekonomi yang sedang turun.
"Dan kredit yang ada alami kesulitan pembayaran cicilan. Secara enggak langsung, SBN dan SUN memberikan sebuah daya tahan bagi sektor perbankan kita," ujar Sri Mulyani.
CAESAR AKBAR
Baca juga: Hingga 8 Juni, Bank Indonesia Beli SBN di Pasar Perdana Rp 115 Triliun