DFW Indonesia: 83 Nelayan Hilang di Laut RI Selama 6 Bulan
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 20 Juni 2021 15:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mencatat sebanyak 83 nelayan hilang di laut Nusantara selama enam bulan sejak Desember 2020 hingga Juni 2021. Hilangnya nelayan dipicu 42 insiden kecelakaan yang mayoritas dialami kapal pencari ikan dengan ukuran di bawah 10 GT.
“Dari 42 insiden, kami mencatat 142 orang korban dengan rincian 83 hilang, 14 meninggal, dan 42 selamat. Rata-rata dalam satu bulan, tujuh kejadian dialami nelayan dan pasti memakan korban,” ujar Koordinator DFW Indonesia, Moh. Abdi, Ahad, 20 Juni 2021.
Abdi mengatakan banyaknya insiden kecelakaan kapal mengindikasikan tingginya tingkat kerentanan nelayan ketika mencari nafkah. Nelayan di Indonesia, kata dia, bekerja tanpa perlindungan diri, minim sarana keselamatan, dan tak memiliki tanpa asuransi.
Abdi meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Kementerian Perhubungan meningkatkan strategi perlindungan nelayan kecil. Program asuransi nelayan yang dijalankan oleh pemerintah, tutur Abdi, harus gampang diakses nelayan di daerah terpencil.
Menurut Abdi, saat ini banyak nelayan dan anak buah kapal (ABK) yang merasa kesulitan menggunakan fasilitas asuransi pekerja bukan penerima upah.Kondisi tersebut terjadi karena KKP hingga pemerintah daerah minim melakukan sosialisasi. DFW mencontohkan seorang nelayan di Wakatobi yang lumpuh, tapi tidak mendapat pertolongan karena terbentur masalah administrasi.
<!--more-->
“Penyelenggara asuransi perlu melakukan kerjasama dengan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) atau Serikat Pekerja Perikanan untuk meningkatkan jangkauan kepesertaan asuransi bagi nelayan dan ABK, terutama di wilayah dan sentra nelayan dilokasi terpencil,” kata Abdi.
Peneliti DFW Indonesia, Subhan Usman, meminta KKP meningkatkan perhatian dan intervensinya kepada kelompok nelayan kecil dan tradisional. Musababnya, industri perikanan saat ini didominasi nelayan kecil.
“Sebesar 99,16 persen struktur armada perikanan kita di bawah 30 GT. Mereka merupakan kelompok yang rentan sehingga proporsi perlindungan nelayan mesti ditingkatkan,” ujar Subhan.
BACA: Tak Ada Dokumen, KKP Tangkap Kapal Ikan RI di Selat Makassar
FRANCISCA CHRISTY ROSANA