Wakil Dirut Bank Jago Tanggapi Soal Perdebatan Valuasi Saham Bank Digital
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Rabu, 16 Juni 2021 05:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Direktur Utama PT Bank Jago Tbk. (ARTO) Arief Harris Tanjdung mengatakan banyak perdebatan terkait dengan valuasi harga saham bank digital termasuk Bank Jago.
Namun, dia berpendapat para investor mengeluarkan perhitungan baru karena potensi pertumbuhan bisnis dan pengelolaan risiko yang juga baik oleh bank digital. Oleh karena itu perhitungan valuasi harus mengikuti perkembangan emiten teknologi sekaligus perbankan.
"Soal Valuasi, memang kami belum bisa jawab. Namun, valuasi bank digital harus kombinasi perusahaan teknologi dan perbankan harus diterapkan. Memang harus balance," katanya, dalam webminar Mandiri Sekuritas, Selasa, 15 Juni 2021.
Adapun, Arief melanjutkan ada salah satu perhitungan di perusahaan teknologi global yang dapat menjadi acuan bagi investor dalam negeri, yakni costumer life time value.
"Kalau ada perusahaan bisa memiliki 10 juta costumer nah dari situ dihitung berapa lama potensi costumer akan menjadi costumer. Tapi memang ini perlu justifikasi lagi," katanya.
Kendati demikian, Arief memastikan perusahaan tidak akan terus membiarkan kinerja laporan keuangan merah. Perseroan akan tetap berupaya mengoptimalkan modal dan likuiditas yang ada untuk meningkatkan kinerja dan percetakan laba.
<!--more-->
"Bagaimana pun sebagai bank memang kami harus tetap penting mencetak laba. Dan kami harus bisa menunjukkan pencetakan laba dengan cepat," katanya.
ARTO dinilai sebagai pionir bank dengan ekosistem digital yang kuat dan menjadi penantang baru di sektor perbankan.
Oleh karena itu, Sucor Sekuritas memberikan prospek positif terhadap harga sahamnya. Bahkan, dengan skenario optimistis, harganya sahamnya dapat mencapai Rp 20.800 per saham.
Morgan Stanley menerbitkan analisis terkait dengan saham Bank Jago yang diramal mampu menembus angka Rp 21.000.
Pada penutupan perdagangan Selasa (15/6/2021), saham ARTO koreksi 0,19 persen atau 25 poin menjadi Rp12.925. Kapitalisasi pasarnya Rp 179,09 triliun, dengan valuasi PER -1.174,19 kali. Sepanjang 2021, saham ARTO melesat 233,31 persen.
Sebelumnya, investor saham kawakan Lo Kheng Hong mengatakan enggan memiliki saham Bank Jago.
<!--more-->
"Mana mungkin saya beli perusahaan teknologi yang valuasinya bisa 10 kali nilai buku. Perusahannya masih rugi, untungnya [laba] masih negatif seperti Bank Jago, ya perusahaan digital," ujar Lo Kheng Hong dalam video yang diunggah oleh akun Instagram Lukas Setia Atmaja (@lukas_setiaatmaja), Selasa, 18 Mei 2021.
Bank Jago masih membukukan rugi sampai dengan kuartal I 2021 sebesar Rp 38,13 miliar. Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya rugi dialami perseroan sejak 2015. Namun pada tahun ini, manajemen menargetkan perseroan dapat mencetak laba bersih sebesar Rp50 miliar.
BISNIS
Baca juga: Bank Jago Tekan Rasio Kredit Macet jadi 0 Persen, Ini Rahasianya