Terpopuler Bisnis: Cuitan Elon Musk hingga Anthoni Salim Tambah Saham di DCII
Reporter
Tempo.co
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 4 Juni 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Kamis, 3 Juni 2021, dimulai dari cuitan Elon Musk membuat saham Samsung melonjak hingga Anthoni Salim menambah kepemilikan saham di DCII.
Adapula berita tentang Telkom memberikan kompensasi dampak kabel laut putus berupa pembebasan tagihan dan soal Kementerian BUMN menyiapkan empat opsi penyelamatan PT Garuda Indonesia.
Berikut empat berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang kemarin:
1. Cuitan Elon Musk tentang Baby Shark Buat Saham Samsung Melonjak
Cuitan Elon Musk tak hanya melambungkan harga aset kripto seperti Bitcoin dan Dogecoin. Baru-baru ini, saham Samsung Publishing Co., pemegang saham terbesar dalam produksi lagu viral di YouTube 'Baby Shark', melesat ke level tertinggi dalam lebih dari satu bulan setelah CEO Tesla Inc. tersebut membagikan cuitan lirik lagu tersebut di Twitter.
Saham perusahaan yang berbasis di Seoul dengan kepemilikan sebesar 18,57 persen di SmartStudy Co.--produser lagu tersebut--naik hingga 10 persen. Artinya, kenaikan tersebut telah membantu saham perusahaan melonjak lebih dari empat kali lipat sejak akhir 2018 saat lagu tersebut menjadi populer.
Elon Musk membagikan cuitan saat jam perdagangan saham di Asia kemarin. "Baby Shark menghancurkan semuanya! Lebih banyak penayangan daripada manusia,” ujarnya lewat akun @elonmusk, Rabu, 2 Juni 2021.
Di dalam cuitannya, Elon Musk juga membagikan klip video lagu terlampir. Tweet-nya memicu reli lain di saham dan sekali lagi menggarisbawahi pengaruh miliarder itu pada harga aset dari mata uang kripto seperti Bitcoin dan Dogecoin hingga ekuitas, termasuk apa yang disebut saham meme.
“Baby Shark (Doo Doo Doo Doo Doo Doo Doo)” menjadi sensasi YouTube pada tahun 2018. Video tersebut telah dilihat hampir 8,7 miliar kali dan telah mencapai tangga lagu Billboard Hot 100 dalam beberapa minggu.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Kompensasi Dampak Kabel Laut Putus, Telkom Bebaskan Tagihan Bulan Mei
PT Telkom menyatakan sebagai bentuk perlindungan konsumen terhadap pelanggan di wilayah terdampak gangguan, pihaknya memberikan kompensasi berupa pembebasan tagihan untuk pemakaian layanan bulan Mei 2021.
"Kompensasi tersebut diberikan sehubungan dengan putusnya kabel laut Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) yang terjadi sejak 30 April lalu," kata VP Corporate Communication PT Telkom Indonesia Pujo Pramono dalam keterangan tertulis yang diterima Antara, Rabu, 2 Juni 2021.
Telkom mengungkapkan, selain memberikan kompensasi juga menyediakan backup bandwidth radio sebesar 4,7Gbps melalui sarana frekuensi bagi pelanggan prioritas IndiHome Telkom dan Telkomsel, serta layanan publik diantaranya rumah sakit, Diskominfo, TNI dan kepolisian, Pemprov Papua dan Pemkot Jayaputa, BMKG, hingga sekolah dan kampus.
Selain itu juga menjamin tagihan layanan IndiHome secara pro-rate sesuai pemakaian pelanggan dan tidak melakukan tagihan ke pelanggan selama layanan masih terganggu. Kabel optik bawah laut antara Sarmi-Biak dilaporkan putus sejak Jumat 30 April 2021.
Untuk pemulihan layanan di Jayapura, Telkom telah mengirimkan Cableship DNEX Pacific Land (DPL) yang akan melakukan penyambungan kabel laut SMPCS ruas Biak-Jayapura.
Proses perbaikan kabel dikawal langsung oleh Telkom Infra, salah satu entitas anak usaha Telkom. Perbaikan ini ditargetkan penyambungan kembali kabel laut dan diharapkan selesai awal Juni 2021.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Opsi Penyelamatan, Mungkinkah Garuda Indonesia Bentuk Maskapai Baru?
Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN menyiapkan empat opsi penyelamatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang tengah terlilit utang hingga Rp 70 triliun. Opsi-opsi itu mengacu pada studi banding yang dilakukan pemerintah dengan negara-negara lain.
Berdasarkan paparan Kementerian BUMN yang telah disampaikan kepada Dewan Direksi Garuda Indonesia, salah satu opsi itu memungkinkan perusahaan melakukan restrukturisasi dengan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru.
Maskapai anyar tersebut diproyeksikan bakal mengambil alih sebagian besar rute domestik Garuda dan menjadi penerbangan nasional di pasar lokal. Cara yang sama pernah dilakukan Belgia untuk Sabena Airlines dan Swiss untuk Swiss Air.
Dalam kondisi likuiditas yang tertekan, mungkinkah Garuda Indonesia membentuk maskapai baru seperti preseden maskapai internasional lain sebelumnya?
Pengamat penerbangan, Alvin Lie, mengatakan, opsi penyelamatan Garuda sepenuhnya merupakan domain pemerintah. Namun bila dilihat dari sisi asetnya, upaya perusahaan untuk membangun maskapai baru dinilai lebih murah.
“Untuk mengembangkan arilines baru, secara bisnis murni lebih murah membangun baru daripada mempertahankan Garuda,” ujar Alvin saat dihubungi, Jumat, 27 Mei 2021.
Apalagi, menurut Alvin, berdasarkan hitung-hitungan akuntansinya, Garuda sudah terhitung pailit karena jumlah utangnya jauh lebih besar ketimbang aset yang dimiliki. Kendati begitu, lantaran statusnya merupakan maskapai nasional, opsi-opsi penyelamatan Garuda tak hanya bisa mempertimbangkan kepentingan bisnis.
Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. Anthoni Salim Rogoh Rp 1 T untuk Tambah Saham di DCI Indonesia, Apa Tujuannya?
Anthoni Salim menambah kepemilikan saham di PT DCI Indonesia Tbk. Kini, taipan pemilik Grup Salim itu memegang saham DCII dengan porsi menjadi 11,12 persen.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Anthoni Salim mengalihkan kepemilikan saham sebanyak 192,74 juta saham DCII. Harga beli ditetapkan Rp 5.277, sehingga transaksi itu bernilai Rp 1,01 triliun.
Sebelum pengalihan, Anthoni Salim telah memiliki saham DCII sebanyak 72,29 juta saham atau 3,03 persen dari total saham. Setelah pengalihan, kini Anthoni Salim menguasai 11,12 persen saham DCII atau sebanyak 265,03 saham.
“Tujuan dari transaksi untuk investasi di bidang teknologi,” tulis Anthoni, dikutip Kamis, 3 Juni 2021. Adapun status kepemilikan saham itu adalah langsung.
Pada hari yang sama, sejumlah pemegang saham DCII melepas sebagian kepemilikan di perseroan kepada investor strategis. Dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, ada tiga pemegang saham DCII yang melepas sejumlah kepemilikan sahamnya kepada investor strategis pada 31 Mei 2021.
Han Arming Hanafia menyampaikan dirinya melakukan penjualan saham DCII sebanyak 56.186.833 atau 56,18 juta saham dengan harga jual Rp 5.277, sehingga total transaksi mencapai Rp 296,49 miliar.
Baca berita selengkapnya di sini.