Soal Tawaran Pensiun Dini, Serikat Karyawan Garuda: Tidak Menolak dan Menerima
Reporter
Joniansyah (Kontributor)
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 28 Mei 2021 15:38 WIB
TEMPO.CO, Tangerang - Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Ikatan Awak Kabin Indonesia (Ikagi) menyatakan tidak menerima dan tidak menolak tawaran pensiun dini dari manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
"Kami memahami pensiun dini ini, kami tidak menerima dan menolak pensiun dini tersebut. Tapi kami terus memantau prosesnya," ujar Sekretaris Sekretariat Bersama Karyawan Garuda Indonesia, Edward Hutabarat dalam konprensi Pers, Jumat 28 Mei 2021.
Edward mengatakan pensiun dini sifatnya sukarela dan merupakan dampak restrukturisasi yang dilakukan manajemen. Namun, kata dia, seluruh karyawan Garuda Indonesia tetap optimis dan solid menjaga kelangsungan perusahaan dan berkomitmen tinggi, bekerja dengan baik memberikan pelayanan yang terbaik, safety dan service.
Untuk menjaga kelangsungan PT Garuda Indonesia, Edward mengatakan pihaknya meminta dukungan penyelamatan dari Presiden Joko Widodo, Ketua MPR, Ketua DPR, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Komisi terkait di DPR.
Ketua Harian Sekarga, Tommy Tampatty, mengatakan, kondisi yang terjadi pada Garuda Indonesia saat ini tak bisa dipungkiri dampak pandemi Covid-19 dan ada beban masa lalu. "Kami masih sangat optimis Garuda tetap tumbuh seiring dengan berakhirnya covid-19 dan langkah langkah penyelamatan dari pemerintah.
<!--more-->
Sebelumnya, kinerja keuangan Garuda Indonesia tak kunjung membaik pada 2021. Emiten berkode saham GIAA itu terakhir mencatatkan utang hingga Rp 70 triliun atau US$ 4,9 miliar. Dalam pernyataannya kepada karyawan perusahaannya dalam sebuah rapat, Irfan mengatakan perusahaan pelat merah ini dalam kondisi berat secara finansial.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan perseroan terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk mencari opsi penyelamatan perusahaan. Musababnya, perusahaan masih terus mengalami tekanan karena pandemi Covid-19. “Kami setiap saat komunikasi,” ujar Irfan.
Irfan mengatakan Garuda Indonesia memiliki utang yang jumlahnya bertambah lebih dari Rp 1 triliun per bulan seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok. "Saat ini arus kas GIAA berada di zona merah dan memiliki ekuitas minus Rp 41 triliun," ujarnya dalam sebuah rekaman.
Sebagai langkah untuk mempertahankan bisnis, Garuda akan melakukan restrukturisasi yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen. Bila saat ini Garuda memiliki 142 pesawat, ke depan perusahaan kemungkinan hanya mengoperasikan 70 unit.
Selain itu, belakangan Garuda Indonesia menawarkan pensiun dini kepada karyawan perusahaan. Rencananya, pensiun dini mulai berlaku pada Juli 2021.
Baca: Kisah Nego Alot Garuda dengan Lessor untuk Kembalikan Pesawat Tak Terpakai