Astra Panjang Lebar Beberkan Masalah Pengembangan Mobil Listrik di Tanah Air
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 26 Mei 2021 14:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Head of Investor Relations PT Astra International Tbk. Tira Ardianti angkat bicara menanggapi ramai pembicaraan tentang pengembangan mobil listrik belakangan ini. Ia menilai pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air bukan hanya sekadar persoalan produksi, melainkan juga perlu diperhatikan kesiapan pasar menerima produk kendaraan tersebut.
"Ini bukan sekadar masalah memproduksi mobil listrik, tapi juga bagaimana kesiapan pasarnya dalam hal ini konsumen Indonesia," ujarnya, Selasa, 25 Mei 2021. Karena pada akhirnya, menurut Tira, nanti yang menentukan adalah konsumen Indonesia juga. "Mereka mau atau tidak (membeli) mobil listriknya."
Lalu, bagaimana dengan Astra?
Tira menjelaskan, perseroan akan terus mencermati perkembangan kendaraan listrik ke depan. Sebab, pada dasarnya, Astra bersama mitranya mendukung upaya pemerintah untuk melakukan elektrifikasi kendaraan.
Tapi yang tak kalah penting, menurut Tira, adalah kesiapan konsumen domestik. "Apakah bisa ada kendaraan listrik yang affordable yang mudah untuk dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia? Rasanya, itu salah satu tantangan yang mesti dijawab bersama oleh seluruh industri," katanya.
Lebih jauh, Tira menjelaskan, keberhasilan industri mobil listrik di negara lain pun itu tidak terlepas dari dukungan pemerintahnya. Industri di Cina, misalnya, berhasil menjual mobil listrik hingga 2 juta unit karena mendapat dukungan dan insentif dari pemerintah setempat.
<!--more-->
Apalagi, menurut dia, teknologi mobil listrik masih mahal khususnya bagaimana menekan biaya produksi baterai agar murah. "Jadi, teknologinya masih mahal, ongkos produksinya masih mahal. Kemudian, kalaupun mau dijual untuk bisa sampai pada suatu harga yang ekonomis kan harus memenuhi skala volume tertentu," tuturnya.
Oleh karena itu, pengembangan industri mobil listrik di Tanah Air seperti memancing perdebatan ayam atau telur yang harus ada terlebih dulu. "Untuk memenuhi suatu skala volume tertentu, affordability atau kemampuan daya beli masyarakatnya itu juga seperti apa," kata Tira.
Tak hanya itu, menurut dia, harus dipikirkan infrastruktur yang mendukung penerapan kendaraan listrik di dalam negeri, seperti untuk stasiun pengisian mobil listrik. "Mobil ada, tapi kalau untuk charging station-nya tidak tersedia, jadi susah juga."
Jadi, Tira menjelaskan, soal mobil listrik bukan hanya bicara tentang produksi atau menjualnya. "Tapi harus berpikir secara holistik, secara menyeluruh ketersediaan infrastrukturnya seperti apa," ujarnya.
Saat ini, kata Tira, Astra sebenarnya saat ini sudah memperkenalkan mobil-mobil atau kendaraan elektrifikasi. Bahkan, sudah sejak 2010 Toyota memperkenalkan mobil listrik.
Ke depan, Astra akan mencoba melokalisasi produk hybrid itu. "Artinya, sudah tidak perlu lagi diimpor, kalau bisa kita sudah bisa mulai produksi di Indonesia," katanya.
ANTARA
Baca: Bitcoin Jeblok Hingga ke Bawah Rp 574 Jutaan Usai Cina Larang Aset Kripto