Bos Pertamina Yakin Bisa Setop Impor Elpiji pada 2027, Apa Sebabnya?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 19 Mei 2021 06:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati yakin pada tahun 2027 mendatang impor elpiji bisa dihentikan. Hal tersebut seiring dengan program gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether atau DME.
Nicke menjelaskan, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar, sangat berpeluang melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Dengan proyek DME ini, ia yakin penggunaan elpiji di dalam negeri bisa ditekan.
"Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027,” kata Nicke dalam keteranganya, Senin, 17 Mei 2021.
Saat ini, kata Nicke, Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (current account deficit) akibat masih tingginya impor energi. Padahal negara ini memiliki sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.
Pertamina telah memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau. Selain mengurangi impor elpiji, perusahaan migas pelat merah ini juga mengurangi impor BBM jenis solar melalui implementasi Biodiesel B20 sejak sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.
<!--more-->
“Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar,” kata Nicke.
Program ketiga Pertamina adalah penurunan impor BBM jenis Gasoline atau bensin dengan mencampur metanol dan etanol. Metanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara dan Etanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya.
Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, kata Nicke, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Hal ini dilakukan untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.
Pertamina telah menjajaki potensi kerjasama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerjasama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa mitra lain. “Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45 persen,” ucap Nicke.
Baca: Pertamina Beri Diskon Khusus Beli dan Tukar ke Bright Gas, Ini Promo Lengkapnya