Momen Ramadan dan Lebaran, Omzet Penjualan Retail Diprediksi Melonjak 30 Persen
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 17 Mei 2021 07:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Ramadan dan momen Lebaran tahun ini menjadi berkah, khususnya bagi sektor retail. Data Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menunjukkan angka penjualan yang diraup selama periode tersebut naik 30 persen ketimbang tahun lalu.
“Data secara utuh belum terkumpul karena (hari) Minggu ini masih dihitung libur Lebaran. Namun, indikasi kami lihat ada peningkatan signifikan. Kami perkirakan naik di kisaran 25 sampai 30 persen,” kata Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey, Ahad, 16 Mei 2021.
Ia menjelaskan, kenaikan penjualan terbesar berasal dari belanja sebelum Lebaran. Tren belanja mulai terlihat pada pekan terakhir April ketika tunjangan hari raya (THR) untuk aparatur sipil negara mulai disalurkan. Hal itu terus berlanjut hingga H-7 Lebaran ketika sektor swasta mulai mencairkan THR.
“Justru saat Lebaran belanjanya lebih sedikit karena kunjungan ke retail lebih bersifat leisure. Jadi yang ramai memang segmen tertentu seperti makanan dan minuman,” ucap Roy.
Lebih jauh, Roy mengatakan, kenaikan belanja di retail modern juga didukung oleh bertambahnya porsi belanja produk nonpangan pada tahun ini. Berbeda dengan tahun lalu ketika belanja masyarakat didominasi produk pangan dan kesehatan, pada tahun ini porsi produk nonpangan seperti sandang mulai mengimbangi total belanja masyarakat.
“Jika tahun lalu di tengah pandemi porsi pangan sampai 80 persen dari belanja, sekarang bisa 50 banding 50 untuk pangan dan nonpangan,” tutur Roy.
<!--more-->
Dari hitungannya, ia memperkirakan kontribusi omzet saat Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa kembali di angka 40 persen dari total pendapatan sepanjang tahun. Adapun pengusaha retail memasang target omzet moderat di angka Rp 40 triliun untuk tahun ini.
Dengan begitu, total belanja ritel saat Ramadan dan Lebaran setidaknya bisa menyumbang omzet sampai Rp 16 triliun. “THR ini menjadi pendorong utama. Setelah Lebaran kami perkirakan akan stagnan dan tergantung pada keyakinan konsumen kelas menengah atas untuk berbelanja,” kata Roy.
Data Nielsen Retail Audit menunjukkan bahwa sektor retail modern Indonesia masih tumbuh 1 persen pada 2020 atau melambat dibandingkan dengan kenaikan pada 2019 yang mencapai 7,5 persen.
Kenaikan kinerja sektor retail disumbang oleh performa positif segmen toko kelontong yang tumbuh 4,8 persen meskipun toko swalayan dan hypermarket turun 10,1 persen.
Untuk tahun ini, Roy memperkirakan retail modern bisa tetap tumbuh 4 sampai 4,5 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Adapun perkembangan vaksinasi dan optimisme belanja kelas menengah atas akan menjadi penentu pertumbuhan pada tahun kedua pandemi.
BISNIS
Baca: Perusahaan Tak Patuh Bayar THR Lebaran, Apa Saja Sanksinya?