Rasio Kredit Bermasalah BCA Naik Jadi 1,8 Persen
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 22 April 2021 20:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) PT Bank Central Asia Tbk atau BCA terjaga pada tingkat yang bisa ditoleransi sebesar 1,8 persen, dibandingkan triwulan I tahun lalu yang sebesar 1,6 persen.
"Hal itu didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi," kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers kinerja BCA triwulan I secara virtual, Kamis, 22 April 2021.
Normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi salah satu fokus BCA pada tahun 2021. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) tercatat sebesar 3,1 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 15,8 persen.
Adapun BCA membukukan total kredit yang terkoreksi menjadi Rp 586,8 triliun di akhir Maret 2021. Angka tersebut terkontraksi -4,25 persen (YoY) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 612 triliun.
Hal itu terjadi karena aktivitas bisnis yang belum pulih sepenuhnya menyebabkan fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kendati begitu, fasilitas kredit untuk bisnis naik 6 persen.
"Selaras dengan komitmen BCA untuk meningkatkan pembiayaan, fasilitas kredit untuk bisnis naik hingga 6 persen YoY," ujar dia.
<!--more-->
Selain itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia, BCA mampu menurunkan suku bunga produk deposito, yang mana berdampak pada beban bunga yang lebih rendah. Oleh karena itu, BCA mampu membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 3,3 persen YoY menjadi Rp 14,1 triliun.
Di sisi lain, pendapatan non-bunga berkurang menjadi Rp 4,9 triliun, atau turun 14,5 persen YoY karena pendapatan non-bunga pada triwulan I tahun lalu sebagian besar didorong oleh keuntungan tidak berulang (one-off gain) dari penjualan portofolio reksa dana. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 19,1 triliun atau terkoreksi 2,0 persen YoY, sementara laba bersih tumbuh 7,0 persen YoY menjadi Rp 7 triliun.
Permodalan BCA tetap berada di posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 24,5 persen, lebih tinggi dari ketetapan regulator, serta likuiditas tetap memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 65,2 persen.
“Sejalan dengan perekonomian yang berangsur pulih dari pandemi, BCA tetap optimis dalam memanfaatkan peluang bisnis di seluruh segmen pada tahun ini," kata Jahja.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: BCA Catat Laba Bersih Rp 7 Triliun, Tumbuh 7 Persen