Dari Hanya Tanaman Liar di Hutan, Porang Kini Meroket Jadi Incaran Pasar Ekspor

Reporter

Tempo.co

Selasa, 20 April 2021 16:49 WIB

Tanaman Porang Foto Litbang Kementerian Pertanian

TEMPO.CO, Jakarta - Umbi porang Amorphophallus oncophyllus Prain banyak diburu di pasar Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea dan Taiwan, di sana tepung dari tanaman anggota keluarga Amorphophallus ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik, obat, dan makanan. Di tanah air, porang bak primadona bagi petani, budidayanya tidak terlalu sulit dan harga jualnya lumayan menguntungkan.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor atau IPB Departemen Agronomi dan Holtikultura, Prof Edi Santoso turut memberikan tanggapan terkait porang yang tengah naik daun ini. Dilansir dari laman resmi IPB University, Prof Edi menuturkan di Indonesia terdapat 24 jenis atau 12 persen dari total 200 Amorphophallus yang tersebar di dunia.

“Ada sekitar 24 jenis Amorphophallus asli Indonesia dan tanaman ini hanya ada di dunia lama seperti Indonesia,” ujar Prof Edi, dilansir Tempo dari ipb.ac.id pada Selasa, 20 April 2021.

Menurut Edi, secara botani, dunia dibagi menjadi dua, yakni dunia lama dan dunia baru. Adapun dunia lama terdiri dari benua Asia dan Afrika, sementara dunia baru yaitu Amerika, Eropa, dan Australia. Itulah sebabnya tanaman keluarga Amorphophallus ini tidak ditemukan di benua tersebut.

Secara sekilas, porang mirip dengan dua saudaranya, suweg A. paeoniifolius dan iles-iles A. Muelleri. Namun ketiganya berbeda, porang memiliki daging umbi berwarna oren, sedang dua yang disebut terakhir berumbi putih. Ketiganya memiliki nilai jual tinggi dibandingkan dengan anggota famili Amorphophallus lainnya di dunia.

Advertising
Advertising

Masyarakat Indonesia biasanya memanfaatkan porang untuk bahan makanan seperti kolak, selain itu porang juga dijadikan sumber karbohidrat lain, bertekstur mirip talas atau taro namun sedikit lebih berair, karena kandungan patinya yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman dari genus Colocasia itu, meskipun keduanya dari keluarga Aracea.

Tanaman porang sendiri awalnya merupakan tanaman hutan. Edi menerangkan, masyarakat mulai mengonsumsi porang sejak masa penjajahan Jepang tahun 1942. Sebelumnya Jepang telah membudidayakan tanaman porang dan acung, kemudian Jepang memanfaatkan tanaman tersebut sebagai logistik perang untuk menduduki Indonesia.

“Paling banyak yang dibawa itu adalah porang dan acung. Saat itu Jepang memanfaatkan tanaman ini untuk logistik perang terutama untuk sumber makanan. Sayangnya catatan sejarah kita terputus, catatan yang ada itu masyarakat kita dulu sudah mengonsumsi porang tetapi belum diketahui sejak kapannya,” tutur Edi.

Di Indonesia, tanaman porang mulai dibudidayakan secara intensif sejak 1980-an. Perhutani mengintroduksi atau mengenalkan porang ke Cepu, Blora, Jawa Tengah. Tanaman ini tidak memakan lahan banyak, karena bisa ditanam di bawah naungan pohon lain, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengisi lahan kosong antara tanaman jati kala itu.

“Porang ini kan awalnya tumbuh di hutan, jadi bisa ditanam di bawah tegakan maupun di lahan sawah terbuka. Kalau hidup di hutan saja sudah bagus apalagi kalau dibudidayakan secara intensif dan terawat,” kata Prof Edi.

Adapun alasan mengapa porang memiliki nilai jual yang tinggi dan banyak diburu, Prof Edi menjelaskan hal tersebut berkat kandungan senyawa yang terdapat dalam umbi porang. Berdasarkan penelitian, tanaman porang mengandung senyawa glukomanan yang tinggi.

Senyawa ini merupakan sumber pangan sehat sekaligus mampu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi kadar gula darah, mencegah penyakit kanker, menurunkan berat badan dan mengatasi masalah pencernaan. Di bidang medis, senyawa glukomanan dalam porang dapat dimanfaatkan untuk pelapis obat.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca juga: Lagi Booming di Pasar Mancanegara, Jangan Sampai Tidak Tahu Apa Itu Porang

Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

22 jam lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

2 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

2 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

7 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

10 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

10 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

11 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya