Terpopuler Bisnis: Bos BCA Borong Saham BBCA hingga Belanja Masyarakat Membaik
Reporter
Tempo.co
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 11 April 2021 06:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang hari Sabtu, 10 April 2021, dimulai dari Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja selama sepekan terakhir telah memborong 244.134 lembar saham BBCA senilai Rp 7,734 miliar.
Selain itu ada juga berita berisi profil Dirut Bank Aladin Syariah Dyota Marsudi dan komentar peneliti senior ekonomi politik dari LP3ES Fachry Ali soal Kementerian Investasi. Lalu ada pernyataan Komisaris Utama Bank Mandiri Chatib Basri soal kelompok masyarakat menengah ke bawah yang secara frekuensi dan nilai belanjanya sudah kembali ke kondisi sebelum Covid-19.
Terakhir ada berita Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyoroti banyaknya aparatur sipil negara alias ASN yang mengajukan restrukturisasi kredit di masa pandemi ini.
Kelima topik tersebut paling banyak menyedot perhatian pembaca di kanal Bisnis. Berikut selengkapnya lima berita bisnis yang trending tersebut:
1. Bos BCA Kembali Borong Saham BBCA, Kini Nilainya Mencapai Rp 7,734 Miliar
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja selama sepekan terakhir telah memborong 244.134 lembar saham BBCA. Hal tersebut disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam laporan kepemilikan atau setiap perubahan kepemilikan saham perusahaan terbuka BBCA.
Dari keterbukaan informasi ke BEI pada Jumat, 9 April 2021, diketahui bahwa Jahja tidak sekaligus membeli dua ratusan ribu lembar saham tersebut, melainkan secara bertahap. Tercatat ia membeli saham sebanyak tujuh kali dalam periode tanggal 1 April 2021 hingga 7 April 2021.
<!--more-->
Bila ditotal, nilai pembelian 244.134 lembar saham BBCA oleh Jahja tersebut sekitar Rp 7,734 miliar. Setelah transaksi tersebut, saham yang dimiliki bos BCA tersebut kini bertambah menjadi 8.159.597 lembar saham.
Baca selengkapnya mengenai BCA di sini.
2. Anak Menlu Ditunjuk jadi Presdir Bank Aladin Syariah, Ini Profil Dyota Marsudi
Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPLSB) PT Bank Aladin Syariah Tbk. yang digelar pada Rabu lalu, 7 April 2021, secara resmi menunjuk lima orang baru di jajaran direksi dan komisaris. Kelima petinggi itu terdiri atas empat anggota direksi dan satu presiden komisaris.
Mereka akan efektif bekerja setelah dinyatakan lulus fit and proper test dan telah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dari jajaran direksi, emiten yang semula bernama Bank Net Syariah dengan kode saham BANK itu menunjuk Dyota Marsudi sebagai Presiden Direktur.
Dyota yang lahir di Palembang pada tahun 1989 ini adalah putra dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dalam keterangan resmi yang dirilis Jumat, 9 April 2021, Dyota disebut sebelumnya memperoleh gelar Master in Business Administration dari INSEAD dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Baca selengkapnya mengenai Dyota Marsudi di sini.
3. Soal Kementerian Investasi, Fachry Ali Anggap Negara Tersenyum Lebar ke Investor
Peneliti senior ekonomi politik dari LP3ES, Fachry Ali, berkomentar soal rencana pemerintah mengubah nomenklatur Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPMN) menjadi Kementerian Investasi yang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Ia menggambarkan negara sedang tersenyum lebar kepada para investor.
“Terlihat bahwa negara selebar mungkin tersenyum kepada investor. Tersenyum bukan kepada siapa saja, tapi kepada pemilik modal,” ujar Fachry dalam diskusi Smart FM, Sabtu, 10 April 2021.
Menurut Fachry, dilihat dari sisi ekonomi politik, pemerintah memang tengah menjajaki negosiasi kepada para pemilik modal untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Upaya ini mencerminkan situasi bahwa kebutuhan terhadap modal masuk ke dalam negeri sangat tinggi. Pemerintah saat ini membutuhkan biaya di luar APBN untuk mendanai berbagai proyek, seperti infrastruktur.
Baca selengkapnya mengenai Kementerian Investasi di sini.
<!--more-->
4. Chatib Basri: Belanja Masyarakat Menengah Bawah Kembali ke Kondisi Pra Pandemi
Komisaris Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Chatib Basri mengatakan bahwa institusinya melakukan kajian terkait spending index (indeks belanja) nasabah mengenai transaksi keuangan yang dapat memonitor kegiatan belanja masyarakat.
“Yang menarik adalah kelompok masyarakat menengah ke bawah secara frekuensi dan nilai belanja sudah kembali ke kondisi sebelum Covid-19,” katanya pada acara Industry Talks: Peran Asosiasi dalam Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat, 9 April 2021.
Namun, lanjut Chatib, kondisi pemulihan belanja tersebut belum terjadi pada masyarakat menengah ke atas. Penyebabnya, porsi belanja terbesar mereka saat ini yaitu hiburan, liburan (leisure), kendaraan, dan properti masih belum terlalu besar.
Baca selengkapnya mengenai Chatib Basri di sini.
5. ASN Ramai Minta Restrukturisasi Kredit, Bos OJK: Enggak pada Tempatnya
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyoroti banyaknya aparatur sipil negara alias ASN yang mengajukan restrukturisasi kredit di masa pandemi ini.
"Malah banyak-banyak ramai-ramai, ASN ramai-ramai kirim surat minta restrukturisasi, itu kan juga enggak pada tempatnya. Sudah kami tackle di beberapa daerah kasusnya, pemerintah daerahnya sudah mengerti," ujar Wimboh dalam Sarasehan Nasional, Jumat, 9 April 2021.
Menurut Wimboh, pada kredit konsumsi, seperti kredit mobil dan motor, seyogyanya pegawai yang memiliki gaji tetap harusnya memiliki empati untuk mengangsur. Kecuali, kredit diambil untuk usaha.
Baca selengkapnya mengenai restrukturisasi kredit di sini.