IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan RI, Kemenkeu: Kita Yakin Pulih Signifikan
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 8 April 2021 15:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu angkat bicara menanggapi proyeksi Dana Moneter Internasional atau IMF atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Sebelumnya IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di Tanah Air pada tahun ini dari sebelumnya 4,8 persen menjadi 4,3 persen. Sebaliknya, IMF justru menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 5,5 persen menjadi 6 persen.
Febrio menjelaskan, yang perlu diperhatikan dari rilis IMF tersebut adalah waktu kajiannya. “Yang dilakukan ini adalah analisis awal tahun dan dirilis kemarin. Jadi kita selalu menggunakan data yang paling update,” katanya, Kamis, 8 April 2021.
Mengacu pada dua bulan terakhir, kata Febrio, beberapa sektor menunjukkan sinyal perbaikan baik itu sisi konsumsi maupun investasi. Oleh karena itu, pemerintah masih optimistis proyeksi ekonomi masih seperti yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 4,5 persen sampai 5,3 persen.
Jarak angka tersebut menunjukkan ketidakpastian masih ada. Penyebabnya, saat ini muncul varian Covid-19 baru.
Febrio menjelaskan, beberapa negara di dunia pun tengah mengalami gelombang ketiga pandemi sehingga harus disiplin dalam penanganannya. “Indonesia cukup disiplin dan tidak ada kenaikan kasus (yang melonjak). Kita optimistis meski di tengah ketidakpastian, kita akan pulih signifikan,” ucapnya.
Pemerintah yakin pemulihan ekonomi diperkirakan berlanjut karena program vaksinasi terus dipercepat dengan jumlah pasokan yang memadai. Tak hanya itu, pemerintah juga optimistis APBN bekerja ekspansif juga konsolidatif yang difokuskan untuk melanjutkan penanganan pandemi dan memperkuat pemulihan ekonomi.
Paket kebijakan terpadu Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk meningkatkan pembiayaan dunia usaha juga dilakukan. Terakhir, dengan implementasi reformasi struktural melalui aturan turunan Undang-Undang No 11/2020 tentang Cipta Kerja, Indonesia Investment Authority, dan kelanjutan pembangunan prioritas.
<!--more-->
Hal senada disampaikan oleh Kepala Ekonom BCA David Sumual menyatakan, berdasarkan data terakhir, Indonesia jauh lebih baik dalam hal vaksinasi. Saat ini, Indonesia sudah tembus 12 juta dosis.
Dari sisi nonprodusen vaksin, Indonesia termasuk keempat terbesar di dunia setelah Brasil, Turki, dan Jerman untuk vaksin. Oleh karena itu, ia yakin pelaksanaan vaksinasi selesai sesuai target.
Hal tersebut yang dipercaya bakal meningkatkan keyakinan masyarakat untuk beraktivitas sehingga membuat ekonomi menuju normal. “Sedangkan dari sisi produsen, Indonesia juga tidak hanya dari satu produsen. Kita hampir semua produsen sudah ada kepastian pasokan dan kita harap tidak ada masalah dari sisi pasokan,” kata David.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebutkan keputusan IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari yang sebelumnya dirilis pada Oktober 2020 lalu itu didasari pada sejumlah pertimbangan. Salah satunya adalah perkembangan kasus Covid-10 dan proses vaksinasi yang berbeda di tiap negara.
Khusus terkait hal ini, Dody menilai, penilaian BI sama dengan IMF. Bank sentral menilai penanganan dan percepatan vaksinasi Covid-19 merupakan prasyarat atau game changer untuk mendorong pemulihan ekonomi.
“Hal ini juga sejalan dengan assesment kami yang meletakkan penanganan pandemi dan vaksinasi sebagai prasyarat utama untuk mendukung pemulihan,” kata Dody, Rabu malam, 7 April 2021.
Lebih jauh Dody menilai, kemajuan vaksinasi Covid-19 di Indonesia relatif cukup cepat jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya. Pertumbuhan ekonomi juga dinilai dapat meningkat lebih tinggi dari proyeksi jika kemajuan vaksinasi tersebut dapat berlangsung dengan baik ke depannya.
“Jika proses ini dapat berlanjut dengan baik, kami optimistis pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan dapat tercapai,” kata Dody.
BISNIS
Baca: Kata Apindo Soal IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI