Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diprediksi Membengkak 23 Persen
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 23 Maret 2021 06:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perombakan jajaran direksi dan komisaris PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) disebut sebagai strategi awal untuk menyelesaikan permasalahan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Sumber Tempo yang memahami rencana itu mengatakan salah satu persoalan yang dihadapi adalah pembengkakan biaya proyek. Nilai proyek yang mulanya direncanakan sebesar US$ 6,07 miliar diperkirakan membengkak sekitar 23 persen. "Tapi hitungan ini masih bergerak," kata dia kepada Tempo, Senin, 22 Maret 2021.
Selain merestrukturisasi manajemen perusahaan, kata sumber itu, perseroan juga direncanakan melakukan restrukturisasi finansial atau pembiayaan, yang diikuti restrukturisasi kepemilikan di tubuh KCIC.
Meskipun 75 persen pendanaan proyek dibiayai dengan pinjaman China Development Bank, biaya tambahan yang muncul selama pengerjaan harus ditanggung KCIC. "Pembengkakan biaya kereta cepat tak bisa ditalangi pinjaman. Harus murni dari ekuitas KCIC, makanya berat," ujar dia.
Saat ini, pemerintah Indonesia melalui konsorsium badan usaha pelat merah bernama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia memegang 60 persen saham di perusahaan patungan Indonesia dan Cina itu.
Empat badan usaha milik negara itu adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebesar 38 persen, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) masing-masing 25 persen, serta PT Jasa Marga (Persero) Tbk 12 persen. Adapun 40 persen saham KCIC dipegang konsorsium asal Cina, Beijing Yawan HSR Co Ltd.
Ihwal rencana restrukturisasi kepemilikan, dia belum bisa memastikan perubahan porsi saham seperti apa yang akan didiskusikan konsorsium Indonesia dengan pihak Cina. "Intinya, berusaha mengurangi beban BUMN kita yang sedang berdarah karena pandemi," ucapnya.
<!--more-->
Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, belum ingin berkomentar mengenai langkah penyelesaian proyek tersebut dari sisi pembiayaan. Dia hanya mengatakan lembaganya terus mendorong komunikasi internal mengenai eksekusi proyek dan skema kolaborasi yang lebih baik dengan delegasi Cina. "Kami memastikan project monitoring dilaksanakan dengan konsisten."
Juru bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati hanya bisa memastikan kementeriannya selalu mendorong KCIC memangkas kendala proyek. "Seperti soal tanah, bisa dikoordinasikan dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang," ujarnya.
Koordinator Kepala Project Management Office Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, Yudhi Adhi Purnama, berharap KCIC bisa mengatasi persoalan pembiayaan dan kendala di lapangan.
"Perencanaan kereta cepat dibuat dalam kondisi ideal," ujarnya. "tapi implementasi di lapangan bisa saja cepat atau lambat, tergantung kemampuan manajemen."
Baru-baru ini, pemegang saham KCIC memutuskan untuk merombak jajaran manajemen perseroan. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah menunjuk Dwiyana Slamet Riyadi menjadi direktur utama perseroan, menggeser Chandra Dwiputra yang turun ke level direktur.
Rapat Umum Pemegang Saham 16 Maret 2021 juga memutuskan menambah tiga kursi komisaris untuk pemegang saham PT Kereta Cepat Indonesia China itu, menjadi total enam kursi. Rinciannya, empat kursi untuk perwakilan Indonesia, sementara dua kursi untuk Cina.
CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS
Baca: Ada Apa di Balik Perombakan Direksi PT Kereta Cepat Indonesia China?