Wawancara Sandiaga Uno: Gak Perlu Ada Stigma Pariwisata Itu Berkerumun
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 16 Maret 2021 19:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berbagi pandangan kepada Tempo terkait sejumlah perkembangan terbaru pariwisata. Salah satunya rencana pembukaan gerbang pariwisata bagi turis asing melalui kebijakan Travel Corridor Arrangement atau TCA.
Berikut beberapa petikan wawancara Tempo bersama Sandiaga yang ditayangkan dalam Instagram Live @tempodotco pada Senin, 15 Maret 2021.
1. Anda sekarang sedang berkantor di Bali, seperti apa update
pariwisata di Bali?
Dalam hal ini ada isu yang ditanyakan masyarakat dan tentunya selama 1 tahun kita prihatin banget ya pandemi ini menghantam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Angka-angkanya ga perlu saya jelaskan, tapi hampir 2 juta masyarakat di Bali yang kehilangan penghasilan.
Nah, untuk mengatasi Covid-19 ini, tentu aspek kesehatannya harus
ditangani terlebih dahulu, bagaimana kurva penularan positif Covid-19 ini harus kita tekan ke angka yang manageable. Ini yang sekarang sedang dilakukan.
Sekarang yang dilakukan vaksinasi, game changer. Vaksinasi ini baru saja kita dapat suatu konfirmasi bahwa Kementerian Kesehatan akan menggenjot vaksinasi di Bali dan di daerah destinasi pariwisata itu ke level yang lebih diprioritaskan. Sehingga mungkin di Bali, per Juli (2021), bisa mencapai 1,5 hingga 2 juta orang.
Nah, kalau kita lihat selalu pariwisata jadi kambing hitam katanya, untuk peningkatan kasus di kemudian hari. Tapi saya bilang bahwa, pariwisata is a part of the solution. Karena kalau kita mengerti caranya bagaimana berpariwisata, yaitu kita 3M, selalu rajin 3T, dan kita sebisa mungkin sudah divaksin atau ke green area, ini malah pariwisata justru menjadi pengungkit ekonomi kita.
Jadi saya ga mau lalu ada stigma bahwa pariwisata itu berkerumun, enggak. Pariwisata jaman sekarang ini adalah personalize, localize, customize, dan smaller inside. Jadi gak perlu lagi ada stigma pariwisata itu berkerumun, berbus-bus, sekarang ke depan pariwisata sudah ikuti adaptasi kebiasaan normal baru.<!--more-->
2. Vaksinasi tadi targetnya 2 juta, apakah Kementerian juga mendorong vaksin gotong royong?
Ini gak bisa hanya dikerjakan pemerintah, jadi kita harus berkolaborasi. Kami sangat menyambut vaksin mandiri, vaksin gotong royong. Para pelaku usaha ada yang bisa disebut sebagai pandemic winner, usaha-usaha seperti kesehatan, teknologi, ini kan sekarang lagi booming banget. Mereka sekarang mengulurkan tangan untuk membantu vaksin
mandiri.
Tentunya vaksin tersebut harus gratis, tidak dibebankan kepada karyawan atau masyarakat yang menerimanya, tapi ditanggung oleh perusahaan. Ini tentunya sudah ada peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, dan saya yakin dunia usaha akan membantu mempercepat distribusi dari vaksin ini. Sehingga target
tahun ini, kita 12 bulan ini mencapai 70 persen (dari target vaksinasi 181,5 juta penduduk) bisa tercapai.
3. Pemerintah sudah memfinalkan rencana untuk pembukaan
pariwisata untuk turis asing, alasannya?
Pertama-tama, diskusi mengenai Travel Corridor Arrangement ini sudah diupayakan sejak tahun 2020 yang lalu. Jadi ini udah dalam tahapan-tahapan yang cukup matang. Karena sudah melewati beberapa fase, waktu peningkatan kasus, terus muncul varian baru. Tadinya mau dicoba bulan Maret, tapi karena ada varian baru, jadi tertunda.
Nah, kami tidak ingin mengambil keputusan yang terburu-buru, kami tidak ingin keputusan ini hanya satu sektor yang mendorong, tapi ini harus bekerja sama. Kolaborasi lintas sektor optimal. Saya yakin kolaborasi ini akan menghadirkan satu rasa confidence, aman dan nyaman, dan kebetulan rapat koordinasi lanjutan akan dilaksanakan di Bali.
Setelah kunjungan Bapak Presiden, rencananya besok, itu kita akan
rapat koordinasi melibatkan KL terkait, tentunya gagasan ini finalnya akan kita bawa ke level pimpinan untuk diputuskan. Karena saya yakin masyarakat Bali dan masyarakat pariwisata ekonomi kreatif secara menyeluruh di seluruh Indonesia sudah lama menunggu ini.
Saya yakin tema yang kami rancang, kami akan berupaya untuk
wisatawan yang datang tidak membawa virus, wisatawan yang datang tidak menularkan dan tertular virus, dan kembali ke tempat asalnya tanpa membawa virus. Jadi ini akan melibatkan satu upaya yang akan sangat strategis dengan vaksinasi, testing sangat ketat, tracing ditingkatkan, dan kemungkinan dimulai dengan beberapa green zone, seperti Nusa Dua, Ubud.
Sehingga setelah kita vaksinasi 70 persen di Bali dan wilayah lain di Indonesia, kita bisa memperluas, dan harapannya bisa secepatnya meluncurkan Travel Corridor Arrangement.<!--more-->
4. Berarti semester 1 udah dibuka? Apa urgensinya?
Kita tentunya dengan sangat hati-hati melihat data-data terkini, kita pastikan bahwa angka penularan Covid-19 di Bali dan daerah lainnya terkendali, kita akan koordinasikan dengan otoritas kesehatan tentunya.
Setelah dalam kondisi kondusif, kita bawa keputusannya ke tingkat yang lebih tinggi, dan nantinya ini yang akan diambil oleh Pak Jokowi sendiri. Karena ini merupakan langkah yang menurut saya sangat sangat strategis, karena Thailand sudah mengumumkan mereka 1 Juli mereka membuka. Beberapa negara lain cepat bergerak, seperti Filipina.
Sementara dari segi vaksinasi, kita yang sudah lebih duluan. Nah saya yakin, dengan bekerja bersama, kita akan mampu menjawab dan menebarkan semangat motivasi kepada masyarakat bahwa tidak lama lagi Travel Corridor Arrangement ini akan kita gagas dan eksekusi, dan tentunya kita akan lakukan bertahap, dengan terus memantau angka penularan Covid-19 dan parameter lainnya.
5. Apakah sebenarnya ada desakan atau permintaan dari pelaku usaha untuk segera membuka Travel Corridor Arrangement ini?
Tepatnya bukan desakan ya, tapi harapan dari teman-teman pelaku. Karena 1 tahun sudah, ini waktu yang sangat berat untuk mereka, sangat prihatin. Kalau saya bicara sama pelaku dari Bali Tourism Board sampai pelayan hotel, UMKM, mereka bilang ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dibandingkan Bom Bali I dan II, ini jauh lebih parah.
FAJAR PEBRIANTO | CICA