Bitcoin Tembus Rekor Baru Rp 878,37 Juta, Investor Anggap Aset Safe Haven
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 14 Maret 2021 15:13 WIB
TEMPO.CO, New York - Harga Bitcoin melejit hingga US$ 61.080 atau sekitar Rp 878,37 juta (asumsi kurs Rp 14.381 per dolar AS) pada hari ini. Bloomberg mencatat harga mata uang digital tersebut untuk pertama kalinya sepanjang sejarah mencapai rekor terbaru terdorong oleh sentimen penerbitan stimulus ekonomi Pemerintah Amerika Serikat.
Sejumlah pengamat mengungkapkan, lonjakan harga mata uang kripto itu dipicu oleh langkah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani undang-undang bantuan pandemi senilai US$ 1,9 triliun.
Hal tersebut yang kemudian mendorong para investor kian mengabaikan risiko pergerakan harga yang cenderung spekulatif dari mata uang kripto.
Pada tahun lalu, lonjakan harga Bitcoin terjadi di kuartal keempat sebesar 170 persen menjadi sekitar US$ 29.000 atau sekitar Rp 417 juta Berikutnya harga mata uang digital itu kembali meroket menjadi US$ 40.000 atau sekitar Rp 575,2 juta pada pekan pertama 2021.
Salah satu pendiri Nexo di London, Antoni Trenchev, menyebutkan kenaikan dan ketahanan harga Bitcoin ini terbukti menjadi legenda. "Setiap koreksi adalah kesempatan untuk mengatur ulang dan memulai kembali pergerakan ke atas,” katanya.
<!--more-->
Nilai tukar Bitcoin telah melonjak sekitar 1.000 persen dalam satu tahun terakhir. Hal ini terjadi di tengah tanda-tanda meningkatnya minat sejumlah institusi seperti salah satunya Tesla yang mendorong investor ikut memburunya.
Para investor kini menjadikan mata uang kripto sebagai aset safe haven yang mirip dengan emas, sehingga dapat bertindak sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan nilai tukar dolar AS. Investor miliarder Mike Novogratz, yang menjalankan Galaxy Digital Holdings Ltd., bahkan memperkirakan bahwa harga Bitcoin dapat mencapai US$ 100.000 pada akhir tahun ini.
“Penerbitan stimulus dan dukungan tanpa henti Elon Musk menjadi sebagian sentimen yang mengirim Bitcoin naik di atas level US$ 60.000,” kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda Corp.
Namun begitu, para pakar tetap menyebutkan ada risiko dari terus melejitnya harga Bitcoin ini. Mereka memperingatkan bahaya gelembung (bubble) dari aset mata uang kripto yang sempat terjadi pada medio 2017-2018.
BISNIS
Baca: Harga Bitcoin Kembali Menanjak, Mungkinkah Mencapai Miliaran Rupiah?