IHSG Diperkirakan Menguat Pekan Ini, karena Sentimen Stimulus AS?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Senin, 8 Maret 2021 04:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Stimulus jumbo yang digelontorkan pemerintah Amerika Serikat (AS) diharapkan dapat mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, dengan catatan penguatan US Treasury tetap tertahan.
Tercatat, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,51 persen ke level 6258,75 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 5 Maret 2021.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee pasar saham berpotensi rebound pada awal pekan ini, Senin, 8 Maret 2021. Salah satunya didorong oleh pengesahan stimulus yang diajukan Joe Biden kepada Senat AS.
Sinyal ini kian kuat apalagi di akhir pekan pasar Wall Street menguat menyusul tren kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang mulai tertahan. Tercatat, yield US Treasury tenor 10 tahun melemah ke level 1,55 persen setelah sempat menyentuh posisi di atas level 1,6 persen.
“Turunnya yield US Treasury di akhir pekan dari level tertinggi, ditambah harapan paket stimulus fiskal jumbo USA membuat pasar saham diperkirakan akan menguat di awal pekan ini,” tulis Hans dalam publikasinya yang dikutip pada, Minggu, 7 Maret /2021.
Dia memperkirakan IHSG bergerak dengan support di level 6,245 sampai 6,173 dan resistance di level 6,307 sampai 6,394. Adapun sejumlah sektor yang diprediksi naik lebih banyak antara lain perbankan, properti, dan komoditas.
<!--more-->
Akan tetapi, kata Hans, jika yield US Treasury naik lagi, dikhawatirkan indeks komposit akan kembali terkoreksi. Dia menuturkan kesepakatan paket stimulus fiskal akan menjadi sentimen positif pasar keuangan di jangka pendek, tetapi berpotensi mendorong naiknya yield US Tresury akibat potensi pemulihan ekonomi yang cepat.
Selain akan menekan saham, kenaikan yield US Treasury jugamembuat obligasi negara berkembang seperti Indonesia menjadi semakin rentan. Bahkan, jika yield US Treasury terus naik mendekati level 2 persen mungkin akan memicu arus keluar dana asing.
“Surat utang negara berkembang dianggap berisiko karena valuasi yang sudah berlebihan, prospek inflasi yang lebih cepat, dan sikap Federal Reserve yang tak menganggap kenaikan US Treasury sebagai hal yang patut dikhawatirkan,” katanya.
IHSG sepanjang pekan pertama Maret 2021 berhasil menguat kendati pada penutupan perdagangan indeks ditutup ke zona merah. Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan pertama Maret 2021, IHSG berhasil menguat 0,27 persen atau naik 16,95 poin ke level 6.258,75 setelah ditutup di level 6.241,8 pada akhir Februari 2021.
BISNIS
Baca juga: Akhir Pekan, IHSG Ditutup Negatif karena Sentimen Ekonomi AS