Kurs Rupiah Jeblok ke 14.080 per USD, Terdalam Ketimbang Mata Uang Asia Lainnya
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 19 Februari 2021 17:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah di penutupan perdagangan hari ini melemah dan paling jeblok di antara mayoritas mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 55 poin atau 0,39 persen ke level Rp 14.080. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,05 persen ke posisi 90,631.
Walhasil, rupiah menjadi mata uang paling terpuruk di pasar Asia pada hari ini, Jumat, 19 Februari 2021. Selain rupiah, ringgit Malaysia juga koreksi 0,07 persen. Adapun, mayoritas mata uang Asia cenderung menguat, dipimpin yuan yang naik 0,48 persen.
Adapun data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp 14.085 per dolar AS. Angka ini turun 36 poin atau 0,25 persen dari posisi kemarin, Kamis, 18 Februari 2021 di level Rp 14.059 per dolar AS.
Sementara itu, surplus NPI tahun 2020 sebesar US$ 2,6 miliar, melanjutkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar US$ 4,7 miliar. Adapun perkembangan itu didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan serta surplus transaksi modal dan finansial.
<!--more-->
Defisit transaksi berjalan pada 2020 sebesar US$ 4,7 miliar atau 0,4 persen dari PDB. Artinya, angka itu jauh menurun dari defisit pada 2019 sebesar US$ 30,3 miliar atau 2,7 persen dari PDB.
Surplus transaksi berjalan pun berlanjut pada kuartal IV/2020, ditopang oleh surplus neraca barang yang meningkat. Pada kuartal IV/2020, transaksi berjalan kembali surplus sebesar US$ 0,8 miliar atau 0,3 persen dari PDB, melanjutkan capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$1 miliar, 0,4 persen dari PDB.
Selain itu, ada faktor dari luar negeri yang intinya para investor mengkhawatirkan jumlah klaim pengangguran AS yang terus naik. Sebanyak 861.000 klaim telah diajukan selama minggu sebelumnya, dibandingkan dengan 765.000 klaim dalam perkiraan yang diperkirakan sebelumnya dan 848.000 klaim pekan sebelumnya.
“Hal ini menandakan penurunan pertumbuhan pekerjaan selama dua bulan beruntun di tengah melambatnya penyebaran virus corona baru-baru ini,” kata Ibrahim.
Hal lain yang mengkhawatirkan adalah kenaikan jumlah kasus virus corona global dan melampaui angka 110 juta pada 19 Februari 2021. Data dari Universitas Johns Hopkins itu mengecewakan dan berdampak pada dolar AS, meskipun ada kemajuan dari paket stimulus US$ 1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden Joe Biden.
Lebih jauh, Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin pekan depan bakal berfluktuasi. Dalam hitungannya, rupiah akan kembali ditutup di zona merah pada rentang Rp 14.050 - 14.080 per dolar AS.
BISNIS
Baca: Hakim Beberkan Sebab Citibank Diputuskan Tak Bisa Tarik Dana Salah Kirim Rp 7 T