Neraca Dagang Surplus US$ 1,96 M, Deputi KSP Klaim Kerja Keras Pemerintah
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 16 Februari 2021 04:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi III Kepala Staf Presiden (KSP) Panutan S. Sulendrakusuma mengklaim neraca dagang pada awal tahun yang mencatatkan surplus US$ 1,96 miliar merupakan buah dari kerja keras pemerintah. Kondisi ini diyakini dapat menyumbang tren positif bagi pertumbuhan ekonomi kuartal I mendatang.
“Catatan tersebut menunjukkan bagaimana kerja keras pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi selama masa pandemi Covid-19," ujar Panutan dalam keterangannya, Senin, 15 Februari 2021.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat surplus neraca dagang didorong oleh meningkatnya nilai ekspor. Sepanjang Januari 2021, ekspor Indonesia tumbuh 12,2 persen secara year on year (yoy) atau menjadi US$ 15,3 miliar.
Laju ekspor ditopang oleh sektor non-migas yang meningkat mencapai 12,5 persen dan menjadi kontributor terbesar bagi pergerakan neraca dagang pada Januari 2021. Dari ekspor nonmigas tersebut, kelompok pertanian menyumbang peningkatan sebesar 13,9 persen; pertambangan 16,9 persen; dan industri 11,7 persen.
Sementara itu, ekspor migas turut meningkat meski di bawah non-migas, yakni 8,3 persen secara year on year. Panutan menyebut peningkatan nilai ekspor tersebut cukup tinggi di tengah kontraksi pertumbuhan ekonomi sebagian besar negara yang dilanda pandemi.
<!--more-->
Adapun peningkatan ekspor tidak diikuti dengan pergerakan impor. Laju impor pada Januari 2021 tercatat terkontraksi 6,5 persen secara year on year.
Penurunan impor terbesar terjadi untuk sektor migas mencapai 21,9 persen dan non-migas 4 persen. Dari kelompok barang impor, penurunan terjadi untuk pengiriman barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal yang masing-masing anjlok 2,9 persen; 6,1 persen; dan 10,7 persen yoy.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan neraca perdagangan pada Januari 2021 memberi harapan pada perekonomian. Laju perdagangan awal tahun diyakini meningkatkan optimisme bahwa ekspor di bulan-bulan ke depan akan terus tumbuh dan pemulihan ekonomi berjalan sesuai dengan harapan.
“Sehingga memberi harapan pada pemulihan ekonomi," ujar Suhariyanto. Pada Januari 2020, neraca dagang mengalami defisit US$ 640 juta. Sedangkan pada Januari 2019, RI mengalami defisit neraca dagang US$ 980 juta.
Baca: Mendag: Neraca Perdagangan Mengkhawatirkan Meski Surplus USD 21,7 M