TEMPO.CO, Jakarta - Kendati neraca perdagangan 2020 surplus, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memiliki kekhawatiran. Dia mengatakan surplus perdagangan saat ini terjadi karena impor turun lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor.
"Hari ini surplus USD 21,7 miliar mengkhawatirkan, kenapa? Karena ekspor turun 2,6 persen, meski non-migas turun setengah persen. Tetapi impor turun lebih jauh jadi 17,3 persen," katai Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat, 29 Januari 2021.
Dia menuturkan 70,3 persen atau hampir dari tiga per empat impor Indonesia, dipakai untuk bahan baku dan bahan penolong. Jadi, kata dia, kalau bahan baku dan penolong turun, membuat itu industrialisasi dalam negeri turun. Kalau industri turun, dia menduga disebabkan konsumsi masyarakat yang juga turun.
Penurunan itu, kata dia, sejajar dengan kondisi perbankan di dalam negeri. Di mana terjadi kontraksi penyaluran kredit perbankan. Hal itu, menunjukkan konsumsi tidak jalan dengan baik, karena tidak terjadi produksi.
"Produksi tidak jalan karena tidak ada konsumsi dan tidak ada industrialisasi dan jangan-jangan karena produk impor turunnya ketahanan," ujarnya.