Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Dunia Meroket ke Level USD 63,09 per Barel
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 15 Februari 2021 14:24 WIB
TEMPO.CO, Tokyo - Harga minyak dunia terus meroket dan menyentuh level tertinggi seiring tingginya ketegangan di Timur Tengah. Selain itu keyakinan pasar akan efektivitas paket stimulus yang digelontorkan Amerika Serikat dan kebijakan karantina makin mendorong kelanjutan tren harga minyak mentah yang sudah menguat sekitar 5 persen pada pekan lalu.
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik 66 sen atau 1,1 persen menjadi US$ 63,09 per barel pada 00.04 GMT, setelah mencapai angka tertinggi US$ 63,44 sejak 22 Januari 2020.
Adapun harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 86 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 60,33 per barel. WTI menyentuh level tertinggi sejak 8 Januari tahun lalu di US$ 60,77 pada awal sesi.
Kenaikan harga minyak ke level tertinggi di Asia ini terjadi setelah ada pernyataan koalisi pimpinan Saudi yang bertempur di Yaman. Koalisi pimpinan itu mengatakan pihaknya mencegat pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang ditembakkan oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran. Hal ini yang kemudian meningkatkan kekhawatiran terbaru ketegangan di Timur Tengah.
Pertempuran koalisi pimpinan Saudi di Yaman pada Ahad malam pekan lalu, 14 Februari 2021 mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak (drone) bermuatan bahan peledak yang ditembakkan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran menuju kerajaan.
<!--more-->
"Lonjakan awal di pasar minyak dipicu oleh berita tersebut," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di broker komoditas Fujitomi Co.
Saito menjelaskan, reli harga minyak juga didorong oleh meningkatnya harapan bahwa stimulus AS dan pelonggaran lockdown. "Hal ini akan meningkatkan ekonomi dan permintaan bahan bakar," katanya.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden yang mendorong pencapaian legislatif besar pertama dari masa jabatannya pada Jumat pekan lalu beralih ke kelompok bipartisan pejabat lokal untuk membantu rencana bantuan virus corona senilai US$ 1,9 triliun.
Melejitnya harga minyak selama beberapa pekan terakhir juga karena pasokan semakin ketat. Pasalnya, sebagian besar disebabkan oleh pengurangan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu dalam kelompok OPEC+.
ANTARA
Baca: Harga Minyak Dunia Naik Capai USD 61,47 per Barel, Reli Terpanjang dalam 2 Tahun