Ekonom Sebut RI Sudah Terlambat Bicara Lockdown

Jumat, 12 Februari 2021 17:04 WIB

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, berpendapat bahwa Indonesia sudah terlambat jika baru membicarakan lockdown berskala besar. Bhima mengatakan semestinya kebijakan ini diambil sejak awal masa pandemi Covid-19.

“Sekarang kalau mau lockdown biayanya sangat mahal. Kalau mau lockdown efektif, masing-masing masyarakat harus dipenuhi kebutuhan pokoknya,” ujar Bhima saat dihubungi Tempo, Jumat, 12 Februari 2021.

Bhima mengatakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, lockdown nasional memerlukan biaya sekitar Rp 76,9 triliun jika kebijakan tersebut dilakukan dua pekan. Hitungan itu berasal dari asumsi rata-rata pengeluaran untuk makanan minuman sesuai data sensus 2020, yang per bulan sebesar Rp 612 ribu.

Jika kebijakan berlangsung dua pekan, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup per orang adalah Rp 285 ribu. “Sementara ada 270 juta penduduk ya tinggal dikali Rp 285 ribu berarti Rp 76,9 triliun hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok makanan,” kata Ekonom Indef ini.

Biaya tersebut masih ditambah dengan kebutuhan pulsa, tagihan listrik, air, sampai cicilan kendaraan bermotor. Seluruh anggaran ini bisa mencapai Rp 150-200 triliun di luar dana pemulihan ekonomi nasional atau PEN.

Advertising
Advertising

Padahal pada 2021, pemerintah sudah menganggarkan PEN senilai Rp 627,9 triliun atau setara dengan 4 persen PDB. Anggaran stimulus ini sudah terbagi tidak hanya ke belanja perlindungan sosial, tapi juga ke dunia usaha dan belanja kesehatan.

Karena itu, ketimbang membicarakan lockdown nasional, Bhima memandang perlunya solusi yang lebih baik. “Fokus saja ke testing, tracing, dan treatment untuk penanganan di fasilitas kesehatan,” kata Bhima.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya pun menyatakan penerapan karantina wilayah atau lockdown berskala besar sangat merugikan sisi perekonomian daerah terdampak. Sebaliknya, menurut dia, lockdown berskala mikro ialah pilihan tepat. Sebab, karantina wilayah skala kecil akan efektif menyetop penyebaran virus tetapi tidak berdampak pada laju kegiatan ekonomi masyarakat.

Dia meminta para kepala daerah tidak ragu mengambil kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga lockdown jika diperlukan. “Jika dirasa perlu ini PPKM bisa dilakukan, tetapi dalam skala mikro dalam lingkup yang kecil baik itu dalam skala kampung, skala desa, RW atau RT saja,” katanya.

BACA: Jokowi: Jangan Sampai yang Kena Virus Satu Orang di Satu RT, Lockdown Satu Kota

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS

Berita terkait

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

19 jam lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

1 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

2 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

3 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

8 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Nonton Liga Voli PLN Bisa Dapat Voucher Token Listrik

9 hari lalu

Nonton Liga Voli PLN Bisa Dapat Voucher Token Listrik

PT PLN (Persero) mendukung ajang kompetisi voli PLN Mobile Proliga 2024. Penonton bisa dapat voucher token listrik.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

9 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

11 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

11 hari lalu

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445.

Baca Selengkapnya