Bos Garuda Beberkan Asal Kerugian USD 30 Juta Akibat Operasional Bombardier
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 11 Februari 2021 12:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menjelaskan asal-muasal perusahaan merugi hingga US$ 30 juta per tahun untuk mengoperasikan pesawat Bombardier CRJ 1000. Kerugian itu setara dengan Rp 420 miliar (asumsi kurs Rp 14 ribu per dolar AS).
“Untuk uang sewanya saja US$ 27 juta. Lalu kita mengoperasikan, pendapatan dari mengoperasikan lebih rendah dari ongkos mengoperasikan. Jadi malah rugi US$ 30 juta,” ujar Irfan saat dihubungi Tempo pada Kamis, 11 Februari 2021.
Irfan mengatakan kerugian dari sisi operasi didorong oleh pelbagai faktor. Misalnya penggunaan pesawat yang tidak efektif karena tidak sesuai dengan karakteristik penumpang Indonesia. Kerugian dirasakan sejak perusahaan pertama kali mengoperasikan pesawat itu delapan tahun lalu.
Garuda pun kini tengah menyelesaikan kontrak dini sewa pesawat dengan lessor, Nordic Aviation Capital (NAC). Namun negosiasi itu masih alot karena lessor meminta nilai penalti yang dianggap Irfan tidak masuk akal.
<!--more-->
“Kontraknya menyatakan kami harus bayar, but I can't do this. Mereka sempat menyatakan memberi diskon dari total yang harus kami bayar. Oke, saya melihat tak cukup diskonnya. Saya minta diskon lebih, ternyata berubah, malah turun diskonnya,” tutur dia.
Adapun Garuda telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada pihak NAC pada Januari terkait dengan keputusan final untuk menyetop operasi seluruh pesawat yang disewa dari perusahaan lessor tersebut.
Seandainya NAC menyetujui terminasi atau penghentian kontrak dini, manajemen dapat menghemat biaya operasi hingga US$ 220 juta. Penghematan dihitung sampai akhir masa kontrak.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Kementeriannya akan mengevaluasi pengadaan-pengadaan pesawat yang tidak efektif. Selain negosiasi dengan NAC, ia memastikan Garuda sedang melakukan pembicaraan dengan lessor lain, seperti Export Development Canada atau EDC.
“Kami akan melakukan mapping apa saja efisiensi yang bisa dilakukan dengan pasti. Salah satunya mengenai leasing. Kami pelajari kesalahannya di mana,” ujar Erick, Rabu, 10 Februari 2021, ketika menjelaskan rencananya mengevaluasi pengadaan seluruh pesawat Garuda.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Baca: Garuda Setop Sepihak Pakai Bombardier, Erick Thohir: Kita Enggak Mau Dilecehkan