Tak Mau Terus-menerus Rugi, Budi Waseso Akan Perkuat Komersialisasi Bulog
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 3 Februari 2021 12:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan para direksi Bulog sudah membuat konsep yang baru untuk memperkuat bidang komersial tahun ini.
"Nantinya penugasan (pemerintah) kekuatannya hanya 20 persen dari kekuatan yang ada seluruhnya, 80 persen komersil," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Rabu, 3 Januari 2021.
Ia yakin upaya menggenjot komersialisasi ini didasari pada kekuatan buffer stock atau stok penyangga beras yang dimiliki Bulog sampai 3 juta ton untuk kepentingan kekuatan pangan negara. Dari keseluruhan yang disiapkan itu tidak semuanya cadangan beras pemerintah (CBP).
Ke depan, kata dia, Bulog harus bisa menyerap sebanyak mungkin produksi beras dalam negeri. Yang terdekat adalah pada bulan Maret mendatang ketika terjadi awal panen raya.
Hal itu dibarengi dengan rencana Bulog untuk memproduksi beras sendiri. Produksi itu dilakukan dengan membuat modern rice milling plant atau mesin penggiling beras berteknologi tinggi.
Bulog berencana membangun 13 modern rice milling plant atau RMP. Dengan mesin tersebut, Bulog bisa mengolah gabah yang diserap dari sentra-sentra produksi padi menjadi beras kualitas premium, namun dengan harga beras medium, alias murah.
Namun saat RMP belum jadi, kata dia, Bulog akan bekerjasama dengan mitra untuk menyerap sebanyak mungkin bagi kepentingan negara. "Sebagian untuk CBP sebagian komersil. Ini nantinya membuat masyarakat tidak khawatir kita kurang pangan," ujarnya.
Budi Waseso menjelaskan, Bulog terus berusaha memaksimalkan efisiensi atau penghematan agar tidak menjadi perusahaan BUMN yang selalu rugi. Tapi ia menyebutkan banyaknya program penugasan dari pemerintah membuat Bulog mau tidak mau memiliki kecenderungan merugi.
Baca: 100 Pegawai Terancam Dipecat, Bulog: Tak Terkait Pandemi