Diprediksi Jadi 41 Persen PDB di 2021, Wamenkeu: Utang RI Pasti Naik
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 30 Januari 2021 18:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara tidak memungkiri utang pemerintah akan naik untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Sebab, dalam keadaan perekonomian menciut dan penerimaan negara berkurang, belanja harus naik.
"Kita lakukan itu di tengah-tengah ya ini ngutang. Karena kalau ekonomi shrinking, penerimaan negara berkurang, belanja harus naik. Pasti utang naik. Utang naik, sekarang sekitar 38,5 persen PDB. Mungkin 2021 ke 41 persen PDB," ujar Suahasil dalam webinar, Sabtu, 30 Januari 2021.
Kendati rasio utang terhadap PDB tersebut akan naik di 2021, Suahasil memastikan utang akan dijaga tetap aman. "Kita relatively modest. Kita coba tahan di 38,39,40 persen, kalau harus naik tahun ini ke 41 persen."
Ia memastikan dengan langkah tersebut pemerintah juga menjaga perekonomian Indonesia lebih baik dari negara lain. Ia pun membandingkan kondisi ekonomi Indonesia dengan negara lain yang dinilai mematok defisit lebih besar, namun ekonominya turun lebih dalam.
Misalnya saja India yang defisit 13 persen, namun ekonominya terkontraksi 8 persen. "Jerman juga begitu, Prancis juga begitu. Malaysia defisit 6,5 persen tapi pertumbuhan ekonomi minus 5,8 persen," tuturnya.
<!--more-->
Berdasarkan perhitungan IMF, perekonomian Indonesia akan terkontraksi 1,9 persen di 2020. Adapun berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran minus 1,7 persen sampai minus 2,2 persen.
Suahasil mengatakan pada periode awal pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Pasalnya, dengan adanya pembatasan orang untuk keluar rumah, konsumsi turun. Di samping itu investasi pun terhenti dan ekspor-impor terhambat.
Defisit APBN Indonesia lebih dari disiplin anggaran biasanya di bawah 3 persen, menjadi ke 6,1 persen dari Produk Domestik Bruto.
Pada situasi tersebut, tutur dia, belanja pemerintah yang salah satunya berasal dari utang menjadi tumpuan utama bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, dalam situasi penerimaan negara berkurang, belanja negara tidak bisa dikurangi dan mesti menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
BACA: Pandemi, Wamenkeu: Negara-negara Berlomba Amankan Diri dengan Menarik Utang
CAESAR AKBAR