Presiden Joko Widodo (keempat kiri) tiba untuk mengunjungi lokasi pengungsian korban gempa bumi di Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa 19 Januari 2021. Presiden Joko Widodo meninjau penanganan pasca bencana gempa bumi magnitudo 6,2 yang terjadi di daerah tersebut. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menargetkan bank syariah terbesar atau Bank Syariah Indonesia beroperasi pada Februari 2021. Hal itu, kata dia, untuk memperkuat ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
"Kita memperkuat industri keuangan syariah dengan membangun satu bank syariah terbesar di Indonesia. Kita sudah targetkan, Insya Allah di bulan Februari sudah bisa diselesaikan," kata Jokowi dalam konferensi pers di istana negara yang disiarkan secara virtual, Senin, 25 Januari 2021.
Dia mengatakan masih banyak ruang untuk mengoptimalkan ekonomi dan keuangan syariah.
Sebelumnya, Ketua PMO Merger Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan operasional Bank Syariah Indonesia masih menunggu izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Ada beberapa hal yang masih kami tunggu, pertama izin merger dari OJK. Insya Allah akan kami terima pada minggu ini,” ujar Hery dalam acara Sharia Economic Outlook bertajuk ‘Ekonomi Syariah Indonesia 2021’, Selasa, 19 Januari 2021.
Tiga bank syariah BUMN yang terdiri atas PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah sepakat melakukan konsolidasi atau merger. Ketiga bank telah menetapkan nama resmi setelah meneken perjanjian merger, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. <!--more--> Selain menunggu izin merger dari OJK, pengoperasian Bank Syariah Indonesia pun menunggu pengesahan nama bank dan logo dari Kementerian Hukum dan HAM. Sembari menunggu izin tersebut, Hery memastikan proses merger, seperti penggabungan aset hingga persiapan kantor cabang, terus berjalan.
Jokowi mengatakan literasi ekonomi dan keuangan syariah masyarakat masih rendah. Karena itu, dia meminta percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional.