Targetkan Pendapatan Tumbuh 50 Persen, Bos Garuda: Terlalu Berani Memang
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 19 Januari 2021 13:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Emiten maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menargetkan pendapatan 2021 tumbuh 50 persen dibandingkan 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.
Artinya, jika pada 2019 pendapatannya mencapai US$ 4,57 miliar, target pada 2021 ini sebesar US$ 2,285 miliar. Dengan estimasi kurs Rp 14.100 per dolar AS, target pendapatan GIAA tahun ini mencapai Rp 40,18 triliun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra optimistis kinerja emiten aviasi ini dapat minimal setengah dari sebelum Covid-19 terjadi, walaupun sejumlah kalangan memproyeksikan industri aviasi dapat pulih pada 2023.
"Target kami sebagai maskapai terlalu berani memang, pendapatan itu 50 persen dari pendapatan pada 2019. Banyak yang bilang recovery penumpang memang 2023, tapi kami percaya punya penumpang yang loyal," ujarnya, Selasa, 19 Januari 2021.
Dia menegaskan akan fokus mengurusi penerbangan domestik mengingat penerbangan batas negara yang masih ditutup. Penerbangan domestik terangnya, cukup potensial bagi penumpang yang loyal dan memang harus melakukan perjalanan domestik.
Dia menyadari perjalanan internasional masih terbatas sehingga fokus pada penerbangan domestik. Adapun untuk penerbangan internasional, Garuda masih membuka penerbangan kargo dan carter untuk keperluan khusus.
<!--more-->
"Kami juga masih menunggu soal haji dan umroh, mudah-mudahan tidak terlalu lama bisa kembali seperti pada 2019," ujarnya.
Di sisi lain, target penghematan pun terus diupayakan. Berdasarkan hasil negosiasi dengan lessor pesawat pada 2020, pihaknya dapat menghemat mendekati US$ 15 juta per bulan, atau jika setahun dapat menghemat US$ 172 juta.
"Itulah target kami, kami juga banyak penghematan, urusan lessor, efisiensi juga. SDM, pengeluaran lain juga dalam pandemi, yang masih belum wajib, kami hold [tahan] sendiri," katanya.
Berdasarkan catatan keuangan 2019 atau sebelum pandemi, GIAA membukukan laba bersih sebesar US$ 6,98 juta, berbalik dari posisi rugi pada 2018 sebesar US$ 231,15 juta.
Garuda membukukan laba bersih yang diperoleh dari kenaikan pendapatan sebesar 5,59 persen menjadi US$ 4,57 miliar. Peningkatan pendapatan disumbang oleh oleh pertumbuhan penerbangan berjadwal dan pendapatan lainnya.
Pertumbuhan pendapatan Garuda itu juga diiringi dengan penyusutan beban usaha sebesar 4,02 persen menjadi US$ 4,4 miliar. Penurunan ini dikontribusi oleh efisiensi sejumlah beban, seperti beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban bandara.
<!--more-->
Pada kuartal III 2020, Garuda mengalami rugi bersih sebesar US$ 1,07 miliar atau Rp 16,03 triliun. Posisi tersebut berbanding terbalik dibandingkan catatan pada kuartal III 2019 saat GIAA meraup laba bersih US$ 122,42 juta.
Penyebab utama penurunan itu adalah anjloknya pendapatan dari penerbangan berjadwal yang menjadi sumber utama pendapatan perseroan.
Kontribusi pendapatan Garuda dari penerbangan berjadwal pada kuartal III 2020 tercatat sebesar US$ 917,28 juta atau Rp 13,69 triliun, jauh di bawah perolehan kuartal III 2019 sebesar US$ 2,79 miliar.
BISNIS
Baca juga: Garuda Akan Bekali Awak Kabin dengan Bahasa Isyarat untuk Layani Difabel