Sri Mulyani: Volume Transaksi Saham Syariah Sepanjang 2020 Naik 57 Persen
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 29 Desember 2020 13:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan transaksi saham syariah pada periode Januari hingga Juni 2020 naik 26 persen dibanding periode tahun lalu. Transaksi saham syariah pada tahun ini adalah sebanyak 633 ribu, naik dari tahun lalu yang sebanyak 501 ribu transaksi.
Sejalan dengan itu, Sri Mulyani mengatakan volume transaksi saham juga naik dari 3,9 miliar saham di 2019 menjadi 6,2 miliar saham di 2020. "Naik 57 persen," tuturnya dalam konferensi video, Selasa, 29 Desember 2020. Adapun pertumbuhan investor saham syariah tercatat naik 32 persen dibanding tahun lalu.
Secara umum, Sri Mulyani mengatakan perkembangan keuangan syariah dalam tiga dasawarsa terakhir cukup mengesankan. Pasalnya, sampai dengan September 2020, total aset keuangan syariah--tidak termasuk saham syariah--mencapai 1.710,16 triliun atau US$ 14,64 miliar dengan market share 9,69 persen.
Aset keuangan syariah itu meliputi aset perbankan syariah Rp 575,85 triliun, industri keuangan bukan bank syariah Rp 111,44 triliun, dan pasar modal syariah Rp 1.022,87 triliun.
"Yang cukup menarik dalam kondisi yang sangat menekan akibat Covid-19, intermediasi perbankan nasional yang cenderung mengalami penurunan, tapi kinerja perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional," ujar Sri Mulyani.
<!--more-->
Sri Mulyani mengatakan situasi tersebut kerap terjadi pada masa krisis, misalnya pada 2008 lalu. Dari sisi aset, hingga September 2020 aset perbankan syariah tumbuh 10,97 persen. Angka tersebut di atas perbankan konvensional uang hanya 7,77 persen. "Artinya pertumbuhan aset perbankan syariah lebih tinggi."
Demikian juga dengan Dana Pihak Ketiga perbankan syariah yang tumbuh 11,65 persen, sedikit di atas DPK perbankan konvensional yang tumbuh 11,49 persen. Di sisi lain, penyaluran pembiayaan atau kredit perbankan syariah juga tumbuh 9,42 persen.
"Ini jauh lebih tinggi karena pertumbuhan kredit perbankan konvensional justru mengalami penurunan dan hanya tumbuh 0,55 persen. Artinya, industri perbankan syariah memiliki posisi yang cukup stabil dan memiliki loyalitas seluruh ekosistemnya," ujar Sri Mulyani.
Kinerja perbankan syariah ini, menurut Sri Mulyani, perlu menjadi jembatan dan modal awal untuk mengembangkan ekosistem keuangan syariah yang berkualitas baik. "Resiliensi perbankan syariah juga bisa dilihat dari CAR atau rasio kecukupan modal dan pembiayaan bermasalah atau NPF yang cukup stabil. CAR 23,5 persen, NPF 3,31 persen.
Sri Mulyani mengatakan dalam perkembangan keuangan syariah, Indonesia memiliki potensi besar. Pasalnya, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim besar. Di samping itu, terdapat kenaikan kelas menengah yang juga mendukung pertumbuhan permintaan keuangan syariah.
Baca: Kaleidoskop 2020: 8 Berita Bisnis Paling Viral, Ada Kaji Ulang Gaji ke-13 PNS