TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Abdillah Ahsan, menilai langkah pemerintah menaikkan cukai rokok di masa pandemi merupakan langkah yang tepat. Kebijakan ini dianggap akan mengurangi konsumsi perokok saat krisis berlangsung.
“Berkaca dari krisis 1998, saat ekonomi turun, inflasi melejit, konsumsi rokok justru naik. Itu harus diantisipasi,” ujar Abdillah dalam diskusi virtual, Jumat, 11 Desember 2020.
Abdillah berpendapat, kenaikan cukai bakal berpengaruh terhadap harga jual rokok yang semakin tinggi. Dengan cara ini, masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau kekurangan pendapatan akan menekan alokasi belanja rokoknya.
Di samping itu, kenaikan cukai dianggap akan efektif mengurangi jumlah perokok dan menekan kemungkinan kematian akibat Covid-19. Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Abdillah menyatakan merokok dapat membuat kondisi baru-paru buruk dan meningkatkan risiko kematian akibat wabah.
“Menaikkan cukai membuat konsumsi turun dan mencegah fatalitas keparahan penyakit Covid-19. Ini dampaknya juga positif ke perekonomian,” ucapnya.
Meski demikian, ia meminta pemerintah mewaspadai adanya tren peralihan pembelian rokok. Abdillah khawatir masyarakat justru beralih dari rokok mahal ke rokok murah. <!--more--> “Kita harus melakukan pencegahan agar masyarakat tidak beralih dari rokok mahal ke murah. Sebab, semua rokok berbahaya,” tutur Abdillah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan kenaikan cukai hasil tembakau atau cukai rokok akan efektif berlaku mulai 1 Februari 2021. Kenaikan berkisar 12,5 persen.
Sebelum kenaikan cukai efektif, Sri Mulyani memberikan kesempatan kepada jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta industri untuk bersiap-siap. "Mulai dari pencetakan cukai yang baru, dan industri untuk melakukan adjustment dalam hal pelekatan cukai hasil tembakau dengan tarif yang baru pada Desember dan Januari," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
1 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.