Pembelian Mobil Bekas Diperkirakan Masih Tinggi Tahun Depan

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 10 Desember 2020 02:27 WIB

Aktivitas penjualan mobil bekas di Bursa Mobil WTC Mangga Dua, Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020. Kebijakan tersebut dikhawatirkan mengganggu kelangsungan bisnis pedagang mobil bekas. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira menilai tren peningkatan konsumsi mobil bekas masih akan terjadi hingga 2021 seiring menurunnya daya beli masyarakat.

Selain itu, menurutnya, masyarakat pun membutuhkan moda transportasi yang relatif aman untuk bepergian. Transportasi umum dinilai masih memiliki risiko karena diisi oleh banyak orang, sehingga pilihan jatuh ke kendaraan pribadi, khususnya mobil bekas yang relatif lebih terjangkau.

"Tren ini masih akan berlangsung hingga 2021 seiring pemulihan ekonomi dan mobilitas masyarakat yang bertahap. Faktor kekhawatiran [terhadap risiko paparan di kendaraan umum] ada, tapi masih di bawah faktor daya beli yang menurun," ujar Bhima kepada Bisnis, Rabu, 9 Desember 2020.

Meskipun terjadi kenaikan permintaan, masih terdapat tantangan dalam penjualan kendaraan bekas. Sebab, selama masa pandemi nilai uang muka [down payment/DP] kredit atau leasing mobil bekas terus meningkat. Menurut Bhima, kenaikannya mencapai 40 persen–45 persen dari harga jual.

"Jadi ini sedikit kontradiksi dengan upaya Bank Indonesia memberikan relaksasi berupa kenaikan loan to value [LTV]," ujarnya.

Selain itu, terdapat kendala seperti pencairan pinjaman yang lebih lama dibandingkan kondisi normal. Alasannya beragam. Menurut Bhima, salah satu yang paling lumrah adalah karyawan yang bekerja dari rumah [work from home/WFH] sehingga pengecekan dokumen butuh waktu yang lebih lama.

Perusahaan multifinance juga dinilai harus lebih berhati-hati dalam memilih debitur. Industri harus memperhatikan tingkat risiko gagal bayar atau kredit macet, karena beberapa debitur mengajukan restrukturisasi tapi tidak mampu membayar cicilan ketika periode restrukturisasi selesai.

BISNIS

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

8 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

39 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

39 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

40 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

40 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

40 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

10 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta, Bisa untuk Mudik

48 hari lalu

10 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta, Bisa untuk Mudik

Berikut deretan rekomendasi mobil bekas di bawah Rp100 juta yang bisa digunakan untuk mudik lebaran, di antaranya Toyota Agya dan Daihatsu Ayla.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

52 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

54 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya