Harga Batu Bara Turun, Laba Adaro Anjlok 73,05 Persen pada Kuartal III 2020
Reporter
Bisnis.com
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 3 November 2020 11:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk., membukukan penurunan kinerja pada kuartal III 2020 seiring dengan penurunan harga batu bara.
“Kondisi pasar batu bara yang sulit akibat ekonomi global yang masih belum kondusif karena pandemi yang berkepanjangan terus menekan profitabilitas perusahaan,” ujar Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa, 3 November 2020.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham ADRO itu membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 109,37 juta pada kuartal III 2020. Nilai itu turun 73,05 persen secara year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar US$ 405,99 juta.
Sejalan dengan itu, pendapatan usaha Adaro juga turun 26 persen yoy menjadi US$ 1,95 miliar dari US$ 2,65 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan usaha dari segmen pertambangan dan perdagangan batu bara turun 25 persen yoy menjadi US$ 1,82 miliar, segmen jasa pertambangan turun hingga 42 persen yoy menjadi US$ 94 juta, dan segmen lainnya turun 32 persen menjadi US$ 36 juta.
Garibaldi mengatakan bahwa penurunan permintaan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan minat beli yang lemah di negara pengimpor utama telah berdampak terhadap harga batu bara global.
<!--more-->
Hal itu pun turut mempengaruhi kinerja perseroan hingga sembilan bulan pertama tahun ini. Adaro mencatat terdapat penurunan Average Selling Price (ASP) dan volume penjualan, yang masing- masing turun 18 persen dan 9 persen.
Kendati ketidakpastian masih ada, pria yang kerap disapa Boy Thohir itu menjelaskan bahwa model bisnis perseroan yang terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan efisien dan mempertahankan operasi yang solid.
Pada periode kuartal III 2020, volume produksi dan penjualan batu bara masing-masing mencapai 41,10 juta ton dan 40,76 juta ton, setara dengan penurunan 7 persen dan 9 persen secara yoy.
ADRO pun melihat terdapat tanda-tanda rebalancing pasar pada kuartal III 2020 berkat disiplin terhadap suplai, walaupun pemulihan pasar diyakini membutuhkan waktu yang lebih lama.
Selain itu, perseroan akan terus berfokus terhadap operasi dan efisiensi biaya. Hal itu pun tercermin dari penurunan beberapa pos beban sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini.
Beban pokok pendapatan ADRO turun 20 persen yoy menjadi US$1,49 miliar, terutama karena penurunan pada nisbah kupas dan pembayaran royalti kepada pemerintah. Tidak hanya itu, biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) turun 17 persen yoy akibat penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, biaya bahan bakar turun 28 persen, karena harga bahan bakar turun dan konsumsi bahan bakar turun 18 persen seiring menurunnya produksi dan nisbah kupas.
Kemudian, beban usaha sebesar US$ 129 juta, atau turun 23 persen yoy, terutama karena penurunan sebesar 38 persen pada beban penjualan dan pemasaran serta penurunan sebesar 39 persen pada biaya profesional secara yoy.
ADRO akan tetap mengambil sikap waspada terhadap pengeluaran dan mengeksekusi rencana belanja modal dengan hati-hati.
“Kami tetap merasa optimis terhadap fundamental industri di jangka panjang, dan dalam menghadapi tantangan jangka pendek, kami berfokus untuk menjaga kas, memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan, bertahan di jalur yang sudah ada, terus mengeksekusi strategi untuk memastikan kelangsungan bisnis, dan tetap bersumbangsih terhadap pembangunan nasional,” kata Garibaldi.
BISNIS
Baca juga: Adaro Sumbang Rp 2,5 Miliar Produksi Ventilator Buatan UI