Deflasi 3 Bulan Berturut-turut, BPS Sebut Rekor Baru Pasca 1999
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 1 Oktober 2020 12:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat terjadinya deflasi secara bulanan sebesar 0,05 persen pada September 2020. Dengan demikian, maka deflasi bulan ke bulan tercatat sudah terjadi selama tiga bulan berturut-turut sejak Juli hingga September 2020. Rinciannya, Juli deflasi 0,1 persen, Agustus 0,05 persen, dan September 0,05 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan terakhir kali Indonesia mengalami deflasi berturut-turut relatif panjang adalah pada 1999. Kala itu, deflasi terjadi dari Maret hingga September 1999.
"Sehingga pada tahun 1999 itu terjadi deflasi berturut-turut selama tujuh bulan," ujar Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis, 1 Oktober 2020.
Suhariyanto memperkirakan daya beli masyarakat yang masih rendah menyebabkan deflasi kembali terjadi pada September 2020. Hal tersebut tercermin dari perkembangan tingkat inflasi inti yang trennya terus turun sejak Maret 2020.
"Dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inlasi inti yang kembali menurun di September 2020," ujar Suhariyanto. Ia mengatakan angka inflasi inti pada periode ini adalah yang terendah sejak BPS dan Bank Indonesia mulai mencatat komponen tersebut di 2004.
<!--more-->
Suhariyanto menyebut inflasi inti bulanan pada September 2020 adalah sebesar 0,13 persen dan andilnya adalah sebesar 0,08 persen. Sementara secara tahun ke tahun, inflasi inti pada September 2020 tercatat 1,86 persen.
Inflasi inti disumbang antara lain oleh uang kuliah, akademi atau perguruan tinggi yang andilnya 0,03 persen, serta kenaikan harga emas perhiasan yang andilnya 0,01 persen.
Untuk harga yang diatur pemerintah, tutur Suhariyanto, deflasinya adalah 0,19 persen, dengan sumbangan 0,03 persen. Komoditas penyumbang komponen ini adalah penurunan tarif angkutan udara yang andilnya 0,04 persen.
Kemudian, untuk harga yang bergejolak, BPS mencatat deflasi 0,6 persen, dengan sumbangan 0,1 persen. Banyaknya komoditas yang mengalami penurunan harga, menurut Suhariyanto, menunjukkan bahwa pasokan barang cukup.
Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga, kata dia, antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, serta sayuran seperti tomat cabai rawit. Walau demikian, ada pula komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi, antara lain minyak goreng dan bawang putih.
"Dapat disimpulkan bahwa pada September deflasi 0,05 persen, dari sisi pasokan cukup, dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inlasi inti yang kembali menurun di september 2020," ujar Suhariyanto.
Baca juga: Survei BPS Sebut Protokol Covid-19 Dilanggar karena Tak Ada Sanksi
CAESAR AKBAR