Gasifikasi Batu Bara, Bos Bukit Asam: DME Lebih Murah dari LPG
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 30 September 2020 12:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – PT Bukit Asam Tbk atau PTBA tengah menggeber proyek gasifikasi batubara yang direncanakan beroperasi pada 2024-2025. Proyek hilirisasi ini akan menghasilkan dimethyl ether atau DME sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatalan DME memiliki beberapa keunggulan. “DME harganya tidak lebih mahal dari LPG. Kalau bisa akan lebih murah karena tidak ada komponen impor dan solar,” ujar Arviyan dalam konferensi pers virtual, Rabu, 30 September 2020.
PTBA menggarap gasifikasi batubara bersama PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals, Inc. Rencananya, proyek dengan investasi senilai US$ 2,4 miliar tersebut dibangun di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan.
Proyek gasifikasi dimulai tahun ini dan akan diteruskan dengan persiapan pembangunan pabrik coal to chemicals. PTBA menghitung komposisi batu bara pada pabrik tersebut mencapai 6 juta ton per tahun.
“Kami harapkan diselesaikan di triwulan III tahun ini, kemudian di 2021 itu masuk tahap EPC (Engineering Procurement Construction) dan dalam waktu 36-48 bulan pabrik sudah bisa produksi DME,” kata Arviyan.
<!--more-->
Setelah beroperasi, hilirisasi batubara ditargetkan mampu memproduksi 1,4 juta ton DME, 250 ribu ton methanol ethylene glycol atau MEG, dan 300 ribu ton methanol per tahun. Arviyan berharap, produksi hasil gasifikasi batubara berupa DME akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG.
Bila gasifikasi batu bara di Tanjung Enim berhasil, PTBA akan mengembangkan proyek hilirisasi di daerah lain. Arviyan mengatakan Peranap adalah target lokasi selanjutnya untuk proyek tersebut.
Baca juga: Layak Gantikan Elpiji sebagai Bahan Bakar, Ini Keunggulan DME
FRANCISCA CHRISTY ROSANA