Resesi di Depan Mata, Dahulukan Menabung atau Investasi?

Rabu, 23 September 2020 13:37 WIB

Ilustrasi investasi. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati soal proyeksi perekonomian di kuartal ketiga tahun ini bakal mencapai minus 2,9 persen secara implisit menegaskan bahwa resesi sudah pasti terjadi dalam waktu dekat. Lalu bagaimana masyarakat seharusnya menyikapi hal tersebut?

Sejumlah ekonom menyarankan masyarakat untuk mengelola keuangan pribadi dan keuangan secara konservatif dan tetap memperhatikan profil risiko tiap individu.

Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani, misalnya, mengatakan pendapatan masyarakat yang turun selama pandemi butuh sistem yang konservatif. "Tahun ini memang sangat berat. Secara general pola pengaturan keuangan yang konservatif dan lebih teliti pada tahun ini sangat diperlukan," katanya, Rabu, 23 September 2020.

Ia menyarankan kelompok masyarakat yang sangat tertekan yakni masyarakat kelas menengah bawah karena pendapatannya bisa turun hingga 2 persen, harus lebih teliti dalam menyusun semua anggaran dan lebih fokus hanya pada belanja primer. "Semua jenis cicilan berat khususnya kredit pemilikan rumah, harus secara proaktif meminta pihak perbankan untuk restrukturisasi," ucap Aviliani.

Bila hal itu masih belum cukup meringankan, solusi subsidi gaji dari pemerintah dapat menjadi pilihan untuk dapat menambal defisit anggaran tahun ini.

Advertising
Advertising

Selain itu, yang juga penting adalah tidak terlalu mengandalkan pinjaman jangka pendek seperti kartu kredit atau bahkan dari fintech yang bunganya tinggi.

Sedangkan untuk kelas masyarakat kelas menengah atas yang pendapatannya masih tumbuh meski tipis, Aviliani meminta kebiasaan menabung tetap dilakukan. Meski begitu, instrumen tabungan atau investasi harus tetap harus sesuai dengan kebutuhan konsumsi selama pandemi.

<!--more-->

Jika tidak ada rencana konsumsi besar, tabungan dapat dialihkan ke simpanan berjangka yang bunganya berkisar 4,5 persen per tahun. "Bahkan jika prediksi tentang idle money masih besar, maka penempatan pada surat utang negara bisa jadi lebih relevan. Atau bisa memilih instrumen di pasar modal, yang mana banyak saham perusahaan bagus sedang diskon," kata Aviliani.

Sementara itu, Executive Vice President Head of Wealth Management and Premier Banking Commonwealth Bank Ivan Jaya mengungkapkan langkah yang paling bijak adalah memastikan bahwa portofolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil risiko investasi tiap investor.

Untuk nasabah dengan profil risiko balanced atau berimbang, Ivan menyebutkan, porsi investasi bisa ditempatkan di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap atau obligasi.

“Investasi di obligasi negara Republik Indonesia dengan tenor pendek cukup menarik karena relatif tidak mengalami volatilitas tinggi,” ujar Ivan. Ia mencontohkan Obligasi Negara Ritel (ORI) ke-18 yang ditawarkan oleh pemerintah pada Oktober 2020 mendatang bisa jadi pilihan.

Ivan menyebutkan, investor bisa memilih reksa dana dengan strategi investasi saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps. Underlying dari reksa dana itu lebih baik menghadapi goncangan pergerakan pasar.

Yang penting, kata Ivan, pilihan portofolio investasi harus sesuai dengan profil risiko tiap investor. Tujuannya, agar dapat berinvestasi dengan nyaman terutama apabila pergerakan pasar tengah volatile seperti saat ini.

BISNIS

Baca: Bambang Brodjonegoro: Resesi Tinggal Tunggu Pengumuman BPS

Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

13 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

13 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

14 jam lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

1 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

2 hari lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya