2 Faktor Ini Dinilai Bisa Dorong Rupiah Lebih Kuat dan Stabil
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 20 September 2020 17:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai ada dua faktor yang mendorong penguatan rupiah belakangan ini. Dua faktor tersebut antara lain Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan pengumuman data neraca perdagangan Agustus 2020.
"Kedua hal ini diharapkan mampu membuat rupiah menguat dan lebih stabil ke depannya," ujar Hans dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 September 2020.
Hans mengatakan mengatakan keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 4 persen direspon baik oleh pelaku pasar. Pasalnya, langkah tersebut menunjukkan BI lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Tanah Air.
"Dan juga mengindikasikan Bank Sentral tetap independen," ujar Hans. "Biarpun inflasi sangat rendah tetapi volatilitas rupiah membuat BI menahan penurunan suku bunga."
Di samping itu, pasar juga merespons positif pernyataan Bank Indonesia yang memastikan bahwa kebijakan berbagi beban dengan pemerintah hanya berjalan hingga akhir tahun ini. "Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menjanjikan akan mempertahankan kebijakan moneter BI tetap independen."
<!--more-->bank
Di sisi lain, penguatan rupiah juga ditopang oleh data perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik sebelumnya melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mencatat surplus US$ 2.33 miliar.
Sepanjang pekan ini, rupiah berhasil bergerak menguat 0,62 persen dan bergerak di kisaran Rp 14.733 per dolar AS hingga Rp 14.974 per dolar AS. Padahal, pada pekan lalu tidak sedikit analis dan ekonom yang memperkirakan rupiah dapat menembus level Rp15.000 per dolar AS akibat sentimen penerapan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta dan sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan ini.
Baca juga: Rupiah Menguat Seiring Meredanya Kekhawatiran Pasar terhadap PSBB
CAESAR AKBAR | BISNIS