Ahli Epidemiologi: Ekonomi Bisa Dipulihkan, Orang Mati Tidak

Jumat, 11 September 2020 16:00 WIB

Epidemiolog Pandu Riono. fkm.ui.ac.id

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir, sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Ahli epidemologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, menilai situasi ini tak lepas dari sikap pemerintah yang sedari awal meremehkan pandemi ini.

Dalam 10 hari di bulan September 2020 ini saja, angka rata-rata penularan kasus setiap harinya sudah mencapai lebih dari 3000-an kasus. Menurut dia, pemerintah di awal-awal gamang, apakah memilih lockdown atau tidak.

"Gak pernah dipikirkan untuk bisa mengatasi pandemi, yang dikhawatuirkan kalau ini memperburuk ekonomi," kata Pandu dalam acara Ngobrol Tempo pada Kamis, 10 September 2020.

Kalau orang mati, kata dia, maka tidak bisa dihiupkan lagi. Tapi ekonomi tidak pernah mati, terhenti atau terlambat boleh jadi. "Kalau ekonomi mundur, nanti bisa dipulihkan," kata dia.

Pandu menilai sikap pemerintah selama ini tak lepas dari para pelaku kebijakan publik yang notabene politikus dan juga merangkap pelaku ekonomi. Sehingga, kebijakan yang dihasilkan tidak lagi objektif.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas mengatakan kondisi di pasar, saat PSBB mulai dilonggarkan, sebenarnya mengalami pemulihan. Ini terlihat dari survei penjualan riil yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juli 2020 mencapai minus 12,3 persen, lebih tinggi dari Juni yang minus 17,1 persen. Tapi masalahnya, kondisi ini tidak diikuti dengan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. "Kami berharap ada satu perhatian khusus," kata dia.

Di sisi lain, di saat ekonomi mulai tumbuh, anggaran Covid-19 yang digelontorkan pemerintah hingga Rp 695,2 triliun tidak semua tetap sasaran. Sehingga, dampak pada ekonomi tidak maksimal.

Ekonom Aviliani punya sejumlah catatan. Pertama, data penerima bantuan perlindungan sosial tidak memadai. Ada kelompok yang belum tersentuh bantuan, yaitu informal yang tidak masuk BP Jamsostek.

Kedua, ada stimulus yang sebenarnya belum perlu, tapi sudah keburu disiapkan, yaitu jaminan kredit. Padahal, tidak ada dunia usaha saat ini yang mau mengajukan kredit baru. Ketimbang jaminan kredit, Aviliani mendorong dana ini digeser saja ke demand side.

Ketiga, anggaran kesehatan yang terlampau kecil yaitu hanya Rp 87,55 triliun. Sebagian juga untuk bantuan iuran di BPJS Kesehatan. "Untuk preventif, belum kelihatan," kata dia.

Baca juga: Epidemiolog: Ganti Sanksi Masuk Peti Mati dengan Menyapu Sepanjang 1 kilometer

FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

6 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

7 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

9 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

10 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

13 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

14 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

15 hari lalu

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

Perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global dan tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis.

Baca Selengkapnya

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

15 hari lalu

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan rapat bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara serta jajaran eselon I Kemenkeu.

Baca Selengkapnya

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

15 hari lalu

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

Ekonom Mari Elka Pangestu buka suara soal serangan Iran ke Israel yang nantinya bakal berdampak ke perekonomian dunia termasuk Indonesia. Hal itu akan berpengaruh terhadap terjadinya inflasi.

Baca Selengkapnya