Ancaman Resesi di Depan Mata, Apa Bedanya dengan Krisis Ekonomi?

Rabu, 9 September 2020 10:49 WIB

Ilustrasi resesi. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi pada akhir kuartal III karena pertumbuhan ekonominya disinyalir kembali minus. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, menjelaskan perbedaan resesi dan krisis.

“Krisis itu ketika ekonomi alami penurunan hingga negatif. Sebenarnya kita sudah masuk krisis ekonomi pada kuartal II kemarin saat ekonomi minus 5,3 persen,” tutur Bhima saat dihubungi pada Rabu, 9 September 2020.

Bhima menerangkan, sejatinya masyarakat Indonesia telah merasakan efek krisis ekonomi karena penurunan ekonomi yang tajam. Kondisi tersebut sangat kentara pada momentum libur Idul Fitri, Mei lalu.

Dia mencontohkan, pada musim Lebaran, pengusaha yang bergerak di bidang fashion mengalami kemelorotan omzet yang dalam. Berbanding terbalik dengan situasi yang dirasakan pada tahun-tahun sebelumnya di periode yang sama.

Selain itu, terjadi gelombang mudik yang cukup tinggi pada triwulan kedua karena banyak pekerja di Jabodetabek yang terdampak PHK atau dirumahkan oleh perusahaan. Akhirnya, perantau memilih banting stir mengolah lahan di kampung halaman.

Advertising
Advertising

Sedangkan, ujar Bima, pengertian umum resesi adalah penurunan pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal atau lebih. “Jadi di kuartal II negatif dan berlanjut itu masuk resesi,” katanya.

Saat ini, Bima mengatakan gejala resesi sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Misalnya, banyak pelaku usaha yang menutup bisnis secara permanen.

Bima melanjutkan, untuk menghadapi resesi, masyarakat harus menyusun strategi. Di antaranya melakukan penghematan dan merasionalisasi belanja yang tidak terlalu mendesak. Ia menyarankan masyarakat berfokus terhadap pemenuhan kebutuhan pokok seperti biaya makan, listrik, air, gas, Internet, dan kesehatan.

Uang tunai atau cash juga harus mencukupi lantaran resesi tahun ini diprediksi bukan sekadar berdampak terhadap menurunnya pendapatan, melainkan juga meningkatnya biaya kesehatan. “Otomatis likuiditas penting dijaga. Disarankan menyiapkan cash 30-40 persen dari total pendapatan,” ucapnya.

Kemudian, Bima menyarankan pemerintah harus menambah sasaran bantuan langsung tunai. Bantuan diberikan kepada pekerja di sektor informal, guru honorer, dan pengangguran. “Model cash transfer yang sifatnya tanpa syarat akan lebih efektif dari stimulus fiskal ke korporasi,” ucapnya.

Baca: Sebut Resesi Akan Terjadi, Sri Mulyani: Kontraksi di Kuartal III Lebih Kecil

Berita terkait

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

44 hari lalu

Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

2 Maret 2024

Mengukur Imbas Resesi Jepang terhadap Ekspor Indonesia

Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut. Bagaimana dampaknya ke perekonomian Indonesia?

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Sebut Impor Produk Jepang Bisa Lebih Murah Gara-gara Resesi

24 Februari 2024

Ekonom BCA Sebut Impor Produk Jepang Bisa Lebih Murah Gara-gara Resesi

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan resesi Jepang berdampak kepada impor maupun ekspor Indonesia ke negeri tersebut.

Baca Selengkapnya

Jepang Dilanda Resesi, Bagaimana Rencana RI Terbitkan Samurai Bond?

23 Februari 2024

Jepang Dilanda Resesi, Bagaimana Rencana RI Terbitkan Samurai Bond?

Kementerian Keuangan buka suara soal penerbitan Samurai Bond, surat utang berdenominasi yen, di tengah resesi Jepang.

Baca Selengkapnya

Jepang Masuk Resesi, Ekonom Sebut Perdagangan hingga Investasi Bisa Terdampak

22 Februari 2024

Jepang Masuk Resesi, Ekonom Sebut Perdagangan hingga Investasi Bisa Terdampak

Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi dua kuartal berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Bos BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Membaik Meski Jepang-Inggris Resesi

21 Februari 2024

Bos BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Membaik Meski Jepang-Inggris Resesi

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi global membaik, meski Jepang dan Inggris mengalami resesi.

Baca Selengkapnya

Anatomi Penyebab Ekonomi Jepang Alami Resesi

21 Februari 2024

Anatomi Penyebab Ekonomi Jepang Alami Resesi

Faktor utama menyebabkan masalah struktural resesi Jepang termasuk demografi penuaan, alokasi transfer dari pemerintah pusat ke daerah, dan lainnya.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Resesi Negara Maju Sudah Diprediksi: Kalau Inggris dan Jepang Memang Cukup Lemah

20 Februari 2024

Sri Mulyani Sebut Resesi Negara Maju Sudah Diprediksi: Kalau Inggris dan Jepang Memang Cukup Lemah

Sri Mulyani mengatakan dirinya akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Rio de Janiero, Brazil, pekan depan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim, Daftar Sektor Terdampak Resesi Jepang

19 Februari 2024

Terkini Bisnis: Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim, Daftar Sektor Terdampak Resesi Jepang

Jokowi menyebut harga beras naik karena perubahan iklim. Sejumlah sektor terancam terdampak resesi Jepang.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ini Ungkap Dampak Resesi Jepang dan Inggris ke Perekonomian RI

19 Februari 2024

Ekonom Ini Ungkap Dampak Resesi Jepang dan Inggris ke Perekonomian RI

Ekonom CORE menyebut dampak dari resesi Jepang terhadap perekonomian RI lebih terasa dibanding Inggris.

Baca Selengkapnya