Sri Mulyani: Pasar Keuangan Global Mulai Kembali ke Kondisi Sebelum Covid-19
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 2 September 2020 14:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi pasar keuangan global saat ini relatif membaik apabila dibandingkan dengan kondisi volatilitas akibat kepanikan pada April dan Mei lalu.
"Di lihat dari sisi pasar keuangan, yaitu MOVE index dan VIX index yang menggambarkan volatilitas, tampak kembali seperti pra covid atau sepanjang 2019," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 2 September 2020.
Perbaikan juga terjadi pada pasar saham. Sri Mulyani mengatakan pemulihan mulai terlihat pada pasar saham baik di negara maju maupun negara berkembang. Sebelumnya, pasar modal sempat dilanda kepanikan pada awal penyebaran Covid-19, yaitu pada Maret dan April lalu.
Seiring dengan pemulihan di pasar saham, arus modal ke negara-negara berkembang juga mulai masuk kembali. "Indonesia sempat mengalami arus modal keluar pada Maret hingga Mei yang mencapai Rp 140 triliun, Sekarang mulai masuk. Ini yang beri dukungan pemulihan di negara emerging," kata Sri Mulyani.
Di samping perbaikan di pasar keuangan, Sri Mulyani mengatakan harga komoditas juga mulai pulih meskipun masih belum mencapai harga pada asumsi APBN 2020 awal. Harga minyak mentah, misalnya, yang kini telah berada di kisaran US$ 42-45 per barel.
<!--more-->
"Ini masih di bawah US$ 60 per barel yang menjadi asumsi awal, namun apabila dibandingkan dengan Mei yang sempat mendekati negatif zone, sekarang relatif membaik," ujar dia. Perbaikan harga juga terjadi pada komoditas lain, misalnya harga batu bara, minyak sawit, dan emas.
Dari sisi produksi, Sri Mulyani mengatakan Purchasing Managers' Index manufaktur Indonesia mulai masuk ke level ekspansif, yaitu di angka 50,8, setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Pemulihan ini juga terjadi di beberapa negara lain yang indeksnya sebelumnya sempat anjlok ke kisaran 20-30.
"Meskipun, negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thailand mereka masih sedikit di bawah 50. Belum menembus angka 50 yang merupakan benchmark kegiatan manufaktur yang ekspansif," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani: Hingga Semester I 2021 Pemulihan Ekonomi Belum Full Power
CAESAR AKBAR