Harga Minyak Capai USD 45,05 per Barel, Level Tertinggi dalam 5 Bulan Terakhir
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 30 Agustus 2020 12:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah melonjak 1,5 persen selama sepekan terakhir dan menembus level tertinggi sepanjang lima bulan tanpa gejolak berarti. Meski begitu, harga minyak dibayangi koreksi karena produsen mulai menggenjot produksi setelah fasilitas minyak terhindar dari Badai Laura.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Oktober 2020 ditutup di level US$ 45,05 per barel di akhir pekan. Adapun minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup di US$ 42,97 per barel.
Secara khusus, harga minyak WTI naik empat minggu beruntun. Harga naik karena produsen minyak AS memangkas produksi menjelang Badai Laura, sebuah badai yang mendekati tingkat Badai Katrina pada 2005.
“Perdagangan minyak menguat di awal pekan karena mengantisipasi Badai Laura. Ternyata setelah badai datang, dampaknya terbatas pada produksi minyak di lepas pantai dan aktivitas penyulingan, ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, Sabtu, 29 Agustus 2020.
Sementara itu, Analis Eugen Weinberg dari Commerzbank mengatakan pasar minyak memiliki volatilitas rendah yang luar biasa panjang. Hal ini berbeda dengan pasar saham yang mana sejak menyentuh titik nadir di Maret 2020, Wall Street sudah naik 50 persen.
<!--more-->
“Minyak jarang memiliki volatilitas yang begitu kecil untuk jangka waktu yang lama, terutama mengingat situasi dinamis di sisi permintaan dan penawaran,” kata Weinberg.
Badan Laura, sejak diturunkan menjadi depresi tropis, melanda Louisiana pada Kamis pagi, 27 Agustus 2020 dengan kecepatan angin 150 mil atau 240 km per jam. Badai tersebut menewaskan sedikitnya enam orang, merusak bangunan dan merobohkan pohon-pohon. Listrik terputus ke ratusan ribu di Louisiana dan Texas, tetapi kilang-kilang terhindar dari banjir besar.
Penutupan produksi minyak mentah lepas pantai di Teluk Meksiko utara diatur AS tetap di 84,3 persen atau 1,55 juta barel per hari (bph). Shell mengatakan pihaknya mulai mengerahkan personel ke semua asetnya di Teluk Meksiko yang tidak terkena dampak badai, termasuk di Koridor Norphlet dan Mars.
Sementara sembilan kilang telah menutup kapasitas sekitar 2,9 juta barel per hari, atau 15 persen dari kapasitas pemrosesan AS, menjelang badai.
Valero Energy Corp memulai kembali penyulingannya 335.000 barel per hari di Port Arthur, Texas, pada Jumat kemarin, sementara ExxonMobil sedang mempersiapkan untuk memulai kembali kilang Beaumont, Texas, berkapasitas 370.000 barel per hari.
ANTARA
Baca juga: Pertamina Blak-blakan Soal Rugi Rp 11 Triliun di Semester I 2020