Stafsus Sri Mulyani: Ekspor Impor Tak Seimbang Jadi Hambatan Pertumbuhan Ekonomi
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 16 Agustus 2020 20:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin mengatakan selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sering mengalami kendala karena ketidakseimbangan sisi ekspor impor.
Hal ini, menurut dia, membuat defisit neraca perdagangan melebar. Dia menuturkan nilai tambah produk di sisi ekspor lebih rendah dibandingkan nilai tambah di sisi impor.
“Sehingga pada saat pertumbuhan ekonomi naik, pelebaran defisit neraca perdagangan menyebabkan pelemahan rupiah. Ini membuat impor bahan baku dan modal malah menarik pertumbuhan ekonomi kembali ke bawah.” kata Masyita dalam keterangan tertulis, Ahad, 16 Agustus 2020.
Oleh karena itu, Masyita menilai ketidakseimbangan ini perlu di perbaiki. Salah satunya dengan hilirasi sektor-sektor utama sehingga meningkatkan nilai tambah. Penggunaan energi baru terbarukan juga sejalan dengan penyeimbangan sisi ekspor dan impor ini, karena net impor energi masih merupakan bagian yang cukup signifikan dalam defisit perdagangan Indonesia.
Di samping itu, Masyita juga melihat reformasi struktural diperlukan dalam rangka mengubah fundamental ekonomi Indonesia agar sisi penawaran dan sisi permintaan meningkat, dan ekonomi dapat tumbuh di atas potensial.
<!--more-->
Sebelum wabah Covid-19, pertumbuhan potensial Indonesia berada di kisaran 5 persen. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti produktivitas dan nilai tambah yang belum memadai. Perekonomian Indonesia, berdasarkan data, masih bergantung pada sektor komoditas, industri dan jasa yang memiliki nilai tambah rendah.
“Dengan pandemi Covid-19, pertumbuhan potensial Indonesia, dan banyak negara lainnya mengalami penurunan. Sisi permintaan dan sisi penawaran perlu terus di dorong untuk menjaga agar pereokonomian tidak mengalami kontraksi yang terlalu besar dan lama.” Ujar Masyita. “Dukungan terhadap dunia usaha juga diperlukan agar pada saat pandemi berlalu, dunia usaha masih dapat bangkit kembali.”
Masyita mengungkapkan pemerintah memiliki visi untuk menjadi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045. Untuk mencapai cita- cita besar tersebut, pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan di atas potensial.
“Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas potensial dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian, sehingga dengan jumlah tenaga kerja yang sama, kita dapat menghasilkan lebih," ujar Masyita.
CAESAR AKBAR