Tata Metal Lestari Ekspor 2.000 Ton Baja Aluminium

Reporter

Antara

Minggu, 16 Agustus 2020 04:29 WIB

Ilustrasi Ekspor Import. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian melepas ekspor 2.000 ton baja aluminium yang membuktikan produk lokal masih kompetitif di pasar global.

“Kami memberikan apresiasi kepada PT Tata Metal Lestari, karena di tengah kondisi pandemi Covid-19 mampu menyumbang devisa melalui ekspornya,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Doddy Rahardi di Jakarta, Sabtu, 15 Agustus 2020.

PT Tata Metal Lestari mengekspor 100 kontainer baja berlapis aluminium seberat 2.000 ton ke pasar Australia, Thailand dan Puerto Rico (Amerika Serikat).

“Ini menjadi wujud nyata dari industri manufaktur kita, bahwa di tengah tekanan pandemi masih bisa bersaing, bahkan melakukan ekspor,” tuturnya.

Pelepasan ekspor tersebut juga sejalan dengan tema peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia, yakni Indonesia Maju.

“Hal ini sekaligus menjadi momentum kebanggaan bagi kita, yang juga sedang mengkampanyekan gerakan Bangga Buatan Indonesia. Kami terus mendorong sektor industri lebih berkreasi dan berkarya tanpa batas, sehingga mimpi kita jadi kenyataan,” katanya.

Untuk itu Kemenperin mendorong sektor industri logam di tanah air untuk bisa bertransformasi menuju industri 4.0.

“BPPI terus mendampingi sektor manufaktur bertransformasi ke arah industri 4.0, yang salah satu tujuannya adalah menciptakan daya saing global,” ucap Doddy.

Apalagi, industri logam dikategorikan sebagai mother of Industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan sektor industri lain seperti industri otomotif, maritim, elektronika, dan sebagainya.

PT Tata Metal Lestari merupakan sektor industri logam pertama yang menjalani assessment INDI 4.0. Pendampingan mulai dilakukan BPPI Kemenperin sejak tanggal 17-20 Juli 2020 lalu secara daring.

Tak hanya melakukan pendampingan, BPPI Kemenperin juga sudah meninjau kesiapan perusahaan dalam mengantisipasi penyebaran virus Covid-19.

“Pendampingan INDI 4.0 ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, kinerja mesin peralatan dan juga mengikuti protokol kesehatannya. Langkah-langkah yang sudah dilakukan PT Tata Metal Lestari ini sudah baik sekali. Kami masih terus melakukan pendampingan, dengan target tahun 2021 sudah bisa bertransformasi secara digital. Ini salah satu pejuang-pejuang industri kita,” katanya.

Doddy menilai PT Tata Metal Lestari sudah mampu menjalankan implementasi INDI 4.0. Hal itu juga terlihat dari kesiapan mereka menghadapi pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat dalam ruang lingkup perusahaannya.

“Hasilnya pun kini sudah terlihat dengan meningkatnya efisiensi yang berujung pada kualitas sehingga PT Tata Metal Lestari mampu menembus pasar global,” katanya.

Vice President PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi mengatakan, pasar ekspor bisa menjadi tolok ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era industri 4.0, karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.

“Buah dari penerapan project INDI 4.0 ini adalah efisiensi yang berujung pada kualitas. Sehingga produk PT Tata Metal Lestari dipercaya oleh pasar global. Ini dibuktikan dengan produk yang mampu menembus pasar ekspor di delapan negara,” ungkapnya.

Stephanus menyampaikan, ekspor perdana PT Tata Metal Lestari dimulai April lalu, saat dampak pandemi mulai terasa. Ekspor dilakukan untuk diversifikasi pasar, juga agar mesin-mesin investasi baru perusahaan tersebut tetap running sehingga menghindari PHK di Tatalogam Group.

“Ekspansi kami ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menguatkan posisi neraca dagang Indonesia, serta berkontribusi atau memberikan pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19,” ujarnya.

Karena itu, ia sangat berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan oleh semua pihak, terutama pemerintah melalui Kemenperin.

ANTARA

Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

2 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

2 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Promo Gajian di Sejumlah Merchant Makanan, 11 Kereta Dihentikan saat Gempa Garut

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Promo Gajian di Sejumlah Merchant Makanan, 11 Kereta Dihentikan saat Gempa Garut

Sejumlah merchant makanan menawarkan ragam promo di pekan terakhir April 2024.

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

5 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

6 hari lalu

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

Zulhas mengatakan ada 40 pabrik yang memproduksi baja ilegal atau tidak memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

7 hari lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

7 hari lalu

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

Zulhas menyebut pabrik itu memproduksi sebanyak 3.608.263 batang baja seberat 27.078 ton.

Baca Selengkapnya