Pertumbuhan Ekonomi Minus, Gubernur BI: Bansos Efektif Cegah Penurunan Konsumsi

Rabu, 5 Agustus 2020 20:22 WIB

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi bertajuk "Digital Transformation For Indonesian Economy: Finding The New Business Models" di Hotel Kempinski, Jakarta pada Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Norman Senjaya)

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menanggapi pengumuman Badan Pusat Statistik atau BPS soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi dan minus 5,32 persen pada kuartal II tahun 2020. Rilis BPS tersebut sesuai dengan assessment yang dilakukan bank sentral terkait episentrum virus Corona (Covid-19) di Indonesia pada April-Mei 2020 atau saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Dari kajian yang dilakukan BI, juga ditunjukkan sepanjang April-Mei terjadi kontraksi terdalam. "Mulai ada perbaikan itu Juni, dari PMI (performance manufacture index), Juni-Juli ada kenaikan," kata Perry, saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Rabu, 5 Agustus 2020.

Perry menyebutkan, dari data BPS diketahui kontraksi 5,32 persen yang paling dalam pada sektor transportasi dan pergudangan karena adanya PSBB. Selain itu, sektor akomodasi, seperti hotel dan restoran, juga mengalami kontraksi yang sangat dalam.

Namun begitu, sektor jasa keuangan tetap tumbuh positif 1,03 persen (yoy). Oleh karena itu, bank sentral menurunkan suku bunga acuan (BI7DRR) dan giro wajib minimum (GWM). "Kemudian kami menggelontorkan quantitative easing, ada restrukturisasi kredit sehingga kondisi sektor tetap dijaga oleh KSSK. Alhamdulillah, masih positif," ujar Perry.

Lebih lanjut, Perry mengatakan konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sangat dalam, yaitu minus 5,5 persen, karena dampak dari penerapan PSBB. Penerapan PSBB memukul sektor transportasi, hotel, restoran, dan ritel di kota-kota besar.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Adanya pembatasan sosial membuat masyarakat kelas menengah tidak bisa berbelanja untuk kebutuhan-kebutuhan di atas. "Namun, untuk belanja rumah tangga terkait makanan minuman, perumahan, kesehatan, dan pendidikan masih tumbuh oke. Ini juga membuktikan belanja bansos dapat mencegah mencegah penurunan konsumsi rumah tangga lebih dalam," kata Perry.

Ke depan, kata Perry, bank sentral bersama pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) fokus untuk mempercepat pemulihan ekonomi pada kuartal III pada 2020. Ia juga mendukung langkah Presiden Joko Widodo agar pemulihan ekonomi tetap dilakukan secara produktif dan aman sesuai protokol kesehatan.

"Pembukaan transportasi umum, restoran, dan hotel harus mengedepankan protokol Covid-19 agar tidak terjadi second wave," kata Perry.

Dari sisi moneter, BI kembali menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen pada Juli 2020. Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19

BISNIS

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

4 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

6 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya