Harga Emas Diprediksi Bisa Tembus Lebih dari Rp 1 Juta per Gram
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 28 Juli 2020 05:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, memprediksi harga emas masih akan terus melambung seiring dengan belum ditemukannya vaksin Covid-19. Dia memperkirakan emas dalam negeri akan mencapai level Rp 1,248 juta per gram sampai tutup tahun ini.
Prakiraan itu juga mengacu pada harga emas global yang terus naik. "Kemungkinan besar untuk level tertinggi itu US$ 1.970 (per troy ounce) untuk tahun 2020, karena di tahun 2011 hanya US$ 1.920 (per troy ounce)," kata dia saat dihubungi Tempo, Senin 27 Juli 2020.
Adapun untuk harga emas Antam pada Sein, 27 Juli 2020, naik Rp 8.000 menjadi Rp 997 ribu per gram. Kemudian harga emas dunia berdasarkan data Bloomberg mengutip Bisnis, pada perdagangan Senin 27 Juli 2020 pukul 05.17 WIB, harga emas Comex kontrak Desember 2020 naik 0,51 persen atau 9,9 poin menuju level US$ 1.935,1 per troy ounce. Sedangkan harga spot berhasil naik 0,22 persen atau 4,2 poin ke level US$ 1.906,22 per troy ounce.
Selain belum ditemukannya vaksin antivirus Covid-19, Ibrahim mengatakan, harga emas meroket disebabkan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang kian terpuruk akibat Covid-19. Belum lagi, hubungan geopolitik antara Negeri Paman Sam tersebut dengan Cina yang semakin memanas.
"Kondisi ini membuat investor ramai-ramai beralih ke safe heaven aset, seperti emas," ucapnya.
Dalam kondisi seperti ini, kata Ibrahim, bukan tak mungkin harga emas dunia bisa mendekati US$ 2.000 per troy ounce.
Untuk saat ini, ujar Ibrahim, pemerintah Amerika Serikat juga sedang menggodok regulasi penyaluran stimulus penanganan pandemi Covid-19 sebesar US$ 1 trillun. Uang itu nantinya akan digunakan sebagai pemberian insentif bagi pekerja yang di rumah di AS, karena stimulus sebelumnya sebesar US$ 2 triliun akan jatuh tempo pada Juli tahun ini.
<!--more-->
Oleh karenanya, penguatan harga emas saat ini disebabkan oleh kepastian pemerintah Amerika Serikat dalam pemberian stimulus kepada masyarakatnya.
Ibrahim mengingatkan, ketika stimulus di Amerika sudah digelontorkan kemungkinan besar harga emas akan terkoreksi lagi.
Karena itu, para investor jangan gegabah untuk membeli emas di saat seperti ini. Tunggulah hingga tren kenaikan harga emas sampai di puncaknya. Pada periode setelah itu, harga emas akan berangsur normal.
"Saat ini jangan beli dulu, investor wait and see dulu. Sampai kapan? Kita tunggu saat level rendah ke sekitar US$ 1.800, nah, ini kemungkinan bakal balik lagi, kalau sudah baru beli lagi," tuturnya.
Adapun Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan tren penguatan harga emas masih belum akan hilang dalam waktu dekat seiring dengan faktor pendukungnya yang juga masih akan bertahan di pasar dalam jangka menengah.
“Tren penguatan masih belum akan hilang, kecuali vaksin ditemukan, mungkin tren harga emas baru akan berbalik ke bawah,” ujar Ariston kepada Bisnis, Senin (22/7/2020).
EKO WAHYUDI l BISNIS