5 Kinerja BCA Semester I 2020: Laba, Kredit, hingga NPL
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 28 Juli 2020 04:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengumumkan kinerja perseroan sepanjang semester I 2020. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan kinerja BCA dan entitas anak masih cukup solid untuk periode ini, meski di tengah pandemi Covid-19.
Berikut rincian kinerja BCA sepanjang semester I 2020 ini (semua persentase pertumbuhan adalah yoy).
1. Laba Bersih
Salah satu yang disorot Jahja pertama adalah laba sebelum provisi dan pajak yang mencapai Rp 21,5 triliun, tumbuh 15,8 persen (year-on-year/yoy). Laba ini merupakan hasil kinerja operasional BCA yang dinilai memberikan ruang untuk mengantisipasi kenaikan biaya pencadangan kredit.
"Saya kira itu masih bagus," kata Jahja dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin, 27 Juli 2020.
Meski demikian, untuk komponen laba bersih terjadi penurunan. Semester I 2020, BCA membukukan laba bersih Rp 12,24 triliun. Capaian ini turun 4,8 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 12,86 triliun.
Kondisi ini berubah dibanding tahun lalu. Semester I 2019, laba Rp 12,86 persen ini merupakan hasil pertumbuhan 12,6 persen dari tahun 2018.
<!--more-->
2. Kredit
Portofolio kredit tumbuh 5,3 persen menjadi Rp 595,1 triliun. Penopang utama masih tetap kredit korporasi yang tumbuh 17,7 persen menjadi Rp 257,9 triliun.
Kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) turun 0,9 persen menjadi Rp 184,6 triliun. Kredit Perumahan Rakyat (KPR) tumbuh stagnan 0,3 persen menjadi Rp 91 triliun. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turun 11,9 persen menjadi Rp 42,5 triliun.
Jika dibandingkan dengan semester I 2019, pertumbuhan kredit tahun ini lebih rendah. Tahun lalu, pertumbuhannya mencapai 11,5 persen yoy.
Tahun lalu, kredit korporasi tumbuh lebih tinggi, 14,6 persen menjadi Rp 219,1 triliun. Kredit komersial tumbuh 12,5 persen menjadi Rp 189,2 triliun.
Lalu KPR tumbuh 11,2 persen menjadi Rp 90,7 triliun. Terakhir, KKB tumbuh 1,5 persen menjadi Rp 48,2 triliun. Maka secara keseluruhan, tahun lalu semua komponen mengalami peningkatan.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
DPK meningkat 1,3 persen menjadi Rp 761,6 triliun. Komponen pertama, dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh 12,8 persen menjadi Rp 575,9 triliun. Komponen kedua deposito berjangka tumbuh 13,6 persen menjadi Rp 185,6 triliun.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan DPK tahun ini lebih rendah. Semester I 2019, DPK tumbuh 8,6 persen menjadi Rp 673,9 triliun.
<!--more-->
4. Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional tumbuh 10,3 persen menjadi Rp 37,8 triliun. Di sisi lain, beban operasional tumbuh lebih rendah, 3,8 persen menjadi Rp 16,2 triliun. Kedua komponen ini yang mendorong laba sebelum provisi dan pajak tumbuh menjadi Rp 21,5 triliun.
Pertumbuhan pendapatan operasional tahun ini juga melemah. Semester I 2019, pendapatan operasional tumbuh 16,1 persen menjadi Rp 34,2 triliun.
5. Modal hingga Kredit Macet
Rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 22,9 persen, masih jauh di atas rasio yang ditetapkan regulator. Rasio kredit macet atau NPL sebesar 2,1 persen. Selanjutnya, rasio pengembalian terhadap aset (ROA) 3,1 persen dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) 15,6 persen.
Dibandingkan tahun lalu, terjadi sejumlah perbedaan. Semester I 2019, CAR lebih tinggi yaitu di level 23,6 persen. NPL juga lebih rendah di posisi 1,4 persen.
FAJAR PEBRIANTO