TEMPO Interaktif, Jakarta:Tim renegoisasi kontrak penjualan gas Tangguh ke Cina harus memperjuangkan penghapusan patokan harga batas atas dan bawah pada formula harga. Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, harga minyak mentah dunia pada 25 tahun ke depan akan semakin tinggi. "Patokan harga minyak pada formula sebaiknya mengikuti pergerakan harga di pasar," ujarnya, Senin (22/9). Menurut dia, jika harga Tangguh dinaikkan dari US$ 3,35 menjadi US$ 6 per MMBtu dengan patokan harga minyak US$ 70 per barel masih sangat rendah. "Itu baru dua pertiga dari harga pasar," kata doktor ekonomi energi dari Colorado School of Mine, Amerika. Tim renegoisasi, kata dia, harus mencontoh harga jual gas dari Kilang Badak di Bontang dan Kilang Arun di Aceh yang mencapai US$ 16 per MMBtu. "Itu dengan mengikuti harga minyak mentah sebesar US$ 100 per barel," ujarnya. Menurut Kurtubi, Cina dan Jepang membutuhkan gas dalam jumlah banyak. "Jika tidak ada perubahan harga kontrak ke Cina dibatalkan saja dan pasokan bisa dialihkan ke Jepang."Sebelumnya Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo menyatakan, renegosiasi harga penjualan gas Tangguh ke Cina rampung Februari 2009. Batas waktu penyelesaian renegosiasi hingga tahun depan sebenarnya sukar dipenuhi. Alasannya, pada renegosiasi sebelumnya membutuhkan waktu satu tahun lebih, 2005-2006. Evita mengatakan, hingga kini tim belum membahas detil rencana renegosiasi, termasuk jadwal bertandang ke Cina. Dia pun belum bisa memastikan apakah jadwal pengiriman pertama pada Februari 2009 bakal tetap dijalankan. Seperti diberitakan, penjualan gas Tangguh ke Fujian, Cina, menuai protes lantaran dinilai terlalu murah. Belakangan, pemerintah memutuskan untuk melakukan renegosiasi ulang atas kontrak yang diteken 2002 tersebut. ALI NY | AGOENG WIJAYA