Terancam Resesi, Core Prediksi Ekonomi RI Bisa Minus 3 Persen
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 21 Juli 2020 16:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan ancaman resesi tidak hanya mengancam negara-negara maju, tetapi juga negara-negara berkembang.
Ia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 akan terkontraksi hingga kisaran minus 1,5 persen. "Namun, jika angka kasus baru Covid-19 terus meningkat sepanjang tahun ini dan pemerintah kembali memberlakukan PSBB, maka CORE memperkirakan kontraksi ekonomi Indonesia bisa mencapai minus 3 persen," kata dia saat diskusi virtual, Selasa, 21 Juli 2020
Lembaga internasional juga kerap merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Terakhir pada Juni 2020, IMF dan World Bank memproyeksikan ekonomi global akan kontraksi sebesar masing-masing minus 4,9 persen dan minus 5,2 persen, sementara OECD memproyeksi lebih dalam yaitu minus 6 persen.
Mengacu pada proyeksi tersebut, Faisal mengatakan penurunan ekonomi global tahun ini merupakan kontraksi yang terdalam sejak Perang Dunia II. "Namun, ketidakpastian mengenai rentang waktu dan intensitas pandemi ini berpotensi mengerek ekonomi global turun lebih dalam," tuturnya.
Faisal menuturkan, saat ini negara yang sudah mulai kembali pulih adalah Cina. Namun, menurutnya pemulihan global baru akan terjadi jika pandemi Covid-19 tertangani secara meluas, tidak hanya di beberapa negara.
<!--more-->
Kendati demikian, menurutnya beberapa isu geopolitik internasional, seperti perang dagang antara AS dan Cina, serta perubahan status hukum Hong Kong, ikut menekan pertumbuhan ekonomi global tahun ini.
Lesunya pertumbuhan ekonomi tahun ini tercermin dari perdagangan global yang tumbuh negatif, gejolak sektor keuangan yang meningkat, dan harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Berdasarkan skenario optimis Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), perdagangan global mengalami pertumbuhan minus 12,9 persen, sementara untuk skenario pesimisnya mencapai minus 31,9 persen
"Tapi, kegiatan ekonomi di beberapa negara, khususnya Tiongkok dan sejumlah negara Eropa berangsur-angsur pulih, sejalan dengan pelonggaran restriksi kegiatan ekonomi dan penurunan jumlah kasus baru penderita Covid-19," ucap Faisal.