Bukit Asam Bersiap Masuk ke Pasar Batu Bara Brunei
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 14 Juli 2020 10:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Apollonius Andwie C menyatakan pihaknya sedang melakukan penjajakan guna ekspansi pasar ke Brunei Darussalam.
Selama ini, perusahaan belum pernah sama sekali masuk ke pasar di negara tetangga ini. "Ke depan bisa dijadikan untuk pasar jangka panjang," kata Apollonius dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 14 Juli 2020.
Perluasan pasar ini dilakukan Bukit Asam seiring dengan rendahnya permintaan batu bara di pasar tradisional selama ini. Salah satunya seperti India yang mengalami kasus Covid-19 cukup tinggi.
Apollonius mengatakan lockdown di India ini telah mengganggu kegiatan ekspor batu bara. "Karena pelabuhan juga sempat di-lockdown," kata dia. Walhasil, secara umum ekspor Bukit Asam menurun sekitar 20 persen.
Rendahnya permintaan batu bara di tengah Covid-19 ini pun juga menyebabkan harga di tingkat global semakin turun. "Menurun di akhir tahun, dan berlanjut di awal tahun," kata Apollonius.
Pertama indeks harga batu bara Newcastle terus mengalami penurunan sejak awal tahun lalu. Awalnya, harga batu bara ini berada di posisi US$ 99 per ton pada Januari 2019. Posisinya kemudian anjlok menjadi US$ 66 per ton.
<!--more-->
Per Januari 2020, harga sempat naik menjadi US$ 68,5. Namun sejalan dengan datangnya Covid-19, harga kembali turun hingga US$ 52,4 per ton pada Mei 2020.
Situasi yang sama juga terjadi pada indeks harga batu bara ICI-3. Dari posisi US$ 56,1 ton pada Maret 2020 menjadi US$ 49,4 per ton. Angkanya sempat naik menjadi US$ 51,3 per ton, tapi kemudian anjlok lagi menjadi US$ 38,6 per ton.
Secara umum, target ekspor batu bara tahun ini mencapai 400 juta ton. Namun, sampai 31 Mei 2020, baru 175,15 juta ton yang terealisasi. Jumlah ini bahkan 10 persen lebih rendah dari capaian tahun lalu.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko juga sudah menyadari masalah ini. "Ini menjadi pekerjaan rumah kami," kata dia dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa, 30 Juni 2020.
Agar ekspor tidak semakin tertekan, kini pemerintah intensif menjalin kontak dengan negara pasar baru, yang selama ini belum dimasuki batu bara Indonesia. Negara pasar baru itu si antaranya Bangladesh, Vietnam, Pakistan, serta Brunei Darussalam. Menurut Sujatmiko, Brunei ternyata di masa silam pernah mengimpor batu bara dari Indonesia, namun kini tidak lagi.