Indikator Ekonomi yang Bikin Jokowi Ngeri
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 9 Juli 2020 09:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti indikator di bidang ekonomi dalam pidato terbarunya. Menurutnya, jajaran menteri perlu terus mewaspadai dan merespons indikator sektor ekonomi yang kena dampak Covid-19.
“Kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan,” kata Jokowi dalam keterangan tertulis, Rabu malam, 8 Juli 2020.
Adapun indikator ekonomi yang disebut Jokowi yaitu:
1. Prediksi Ekonomi Dunia
Dia menyebut bahwa prediksi ekonomi dunia juga kurang menggembirakan. Menurut informasi yang Presiden terima dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6 persen.
Adapun sebelumnya, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global bakal terkontraksi -7,6 persen tahun ini apabila pandemi virus Corona atau Covid-19 semakin meluas.
Proyeksi itu disampaikan OECD melalui economic outlook yang dipublikasikan Rabu, 10 Juni 2020. Menurut OECD, ekonomi global yang pulih masih belum bisa dipastikan lantaran masih tingginya potensi terjadinya gelombang kedua penularan Covid-19.
Mulai dilonggarkannya pembatasan-pembatasan di berbagai negara juga belum menjamin. Apabila gelombang kedua bisa dihindari, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya terkontraksi -6 persen dan dilanjutkan pada tahun berikutnya dengan pertumbuhan ekonomi global sebesar 5,2 persen.
Namun jika gelombang kedua justru terjadi, pertumbuhan ekonomi global bakal terkontraksi hingga -7,6 persen (yoy) dan pertumbuhan ekonomi global pada tahun berikutnya hanya naik tipis sebesar 2,8 persen.
<!--more-->
2. Kontraksi Ekonomi Indonesia
Jokowi menuturkan kontraksi ekonomi sudah dialami Indonesia di kuartal pertama. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 2,97 persen, turun dari yang biasanya 5 persen. Meskipun angka di kuartal kedua belum keluar, Presiden mengingatkan agar jajarannya berhati-hati mengingat terdapat penurunan permintaan, penawaran, dan produksi.
“Dari demand, supply, production, semuanya, terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok, terganggu. Mal ditutup, lifedata-style anjlok, terganggu,” kata dia.
Menurutnya, kuartal ketiga tahun ini akan menjadi kunci bagi upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi.
3. Serapan Anggaran
Jokowi meminta jajarannya untuk mempercepat belanja pemerintah untuk menggerakkan perekonomian. Dia mengatakan sekarang melihat belanja kementerian secara harian.
"Naiknya berapa persen. Harian, saya lihat betul sekarang. Karena memang kuncinya di kuartal ketiga ini. Begitu kuartal ketiga bisa mengungkit ke plus (pertumbuhan ekonomi), ya sudah kuartal keempat lebih mudah, tahun depan insya Allah juga akan lebih mudah,” ujarnya.
Menurutnya, belanja pemerintah menjadi penggerak utama bagi perekonomian di tengah pandemi saat ini. Maka itu, Presiden meminta agar regulasi yang berkaitan dengan belanja pemerintah tersebut dapat lebih disederhanakan sesuai dengan kebutuhan di masa yang membutuhkan upaya luar biasa ini.
“Saya minta semuanya dipercepat, terutama yang anggarannya besar-besar. Ini Kemendikbud ada Rp 70,7 triliun, Kemensos Rp 104,4 triliun, Kemenhan Rp 117,9 triliun, Polri Rp 92,6 triliun, Kementerian Perhubungan Rp 32,7 triliun,” kata Presiden.
HENDARTYO HANGGI